Menu

 

Rapat atau Rapet

 




Audy Jo

Membicarakan lika-liku pernikahan, enggak ada habisnya. Menarik untuk 'dikupas'. 

Ibu-ibu yang berkumpul paling senang membicarakan diri sendiri. Apalagi tentang biduk rumah tangganya. Ada kebanggaan tersendiri ketika menceritakan suami mereka, apalagi dengan adanya pencapaian yang mereka dapat.

Bagaimana jeng kabar suaminya? Nia yang ditanya hanya mengangguk dan menjawab tanpa antusias. "Baik jeng, seperti biasa."

Hari ini ibu-ibu di lingkungan komplek Nia mengadakan pertemuan arisan, di rumah Ibu RT. Seperti biasa mereka saling menceritakan apa yang sudah terjadi di dalam keluarganya. Dengan embel-embel kesuksesan yang didapat. Anak ibu Tia pergi ke luar negeri, Ibu Shinta, punya mantu yang sukses, dan Ibu Dhini menceritakan pencapaian suaminya.

Sebelum melangkahkan kaki keluar dari rumah. Perasaan malas memggayutinya. Pikirannya bercampur aduk.  Tetapi akhirnya dia mau pergi juga ke perkumpulan arisan lingkungan. Barangkali di bulan puasa tidak ada yang berpikir aneh-aneh, pikir Nia.

Sudah biasa bagi manusia ingin diakui.  "Aku" masih lebih besar dari kamu, kalimat yang sudah menjadi rahasia umum. 

Enggak bisa juga Nia menyalahkan para ibu itu, semua ingin memperlihatkan, bahwa mereka baik-baik saja.

Hari ini Ardi pulang terlambat, lagi rapat dengan kantor anu ... membicarakan proyek yang di sana, kata ibu Shinta. Ada rasa bangga ketika membicarakan kegiatan mantunya yang begitu padat.

Ibu-ibu ynag lain tiba-tiba saling berbisik, ada ibu yang satu mulai bergosip. Menggosipkan sesama teman arisan di lingkungan ini. Nia yang mendengar merasa risih. Apalagi ketika mereka menggosipkan menantu ibu Shinta. 

"Itu si Ardi pernah ketemu saya saya di mal, dia lagi menggandeng perempuan lain. Bukan isterinya."

Para ibu dilingkungan ini kenal dengan anaknya ibu Shinta, sejak dia masih kecil. Jadi ada perasaan marah ketika yang sudah dianggapnya anak, nasibnya diremehkan oleh orang 'luar'. 

Ibu Shinta yang merasa mantunya digosipkan hanya bisa pasrah saja. Sambil mencoba membela menantunya, dia mengatakan bahwa yang digandeng itu keponakkannya yang kebetulan sedang berkunjung dan berlibur ke Indonesia. 

Para ibu yang mendengarkan, hanya mengiyakan saja, meskipun tahu kalau pernyataan ibu Shinta itu tidak benar, alias berbohong. 

Dari cerita di atas, kita tahu kesibukkan seseorang laki-laki itu sering dianggap sebuah kalimat alasan yang biasa digunakan keitka seseorang merasa malas untuk berkumpul atau bertemu orang lain. 

Alasan yang dipakai biasanya berupa kalimat pengelakkan seperti saya ada rapat, saya ada meting, atau maaf saya ada kerjaan. 

Jadi seorang perempuan kalau mendengar kalimat seperti itu suka mengasumsikan yang lain. Karena konotasinya sudah bukan yang sebenarnya lagi. 

Sayang ... kasihan juga kalau para laki-laki benar-benar sedang rapat. 

Sudah bukan rahasia lagi makna kalimat itu berbeda satu dengan yang lain, sudah diplesetkan menjadi kalimat yang negatif. 

Ini semua salah siapa? Tentulah para lelaki yang ketahuan berbohong memakai kalimat itu. Jadi ketika ada yang bilang, "Maaf saya sedang rapat." Maka sering disindir, sedang rapat atau rapet!

Keasyikkan sendiri buat para eksekutif yang dengan gampang mengatakan kepada isteri atau keluarganya, bahwa dia sedang rapat. Rapat yang dimaksud ketika pertemuan itu diadakan di lapangan golf. Sambil berbincang tentang urusan perushaan, kadang malah menjadi tidak benar dengan kehadiran, para concierge atau para pendamping perempuan yang dibilang 'pemungut bola'.

Ketika sampai rumah, dengan gayanya yang kelelahan  seperti minta pengertian, bahwa dia baru dari luar rumah, dan merasa capek. Jangan diganggu!

"Rapat atau rapet!" Biasanya para isteri yang sudah mengerti mengeluarkan kata sindiran. 

Para perempuan yang sepertinya kelihatan lemah ternyata kadang lebih pintar dari yang membodohinya. 

Dengan gaya yang pura-pura acuh atau dibodoh-bodohin, mereka akan pura-pura tidak mengerti. Padahal  mereka seperti para detektive swasta yang mengetahui gerakan para suami mereka di luaran sana. Anda percaya dengan pernyataan saya?

Geli ya dengan pernyataan saya, seperti menonton drama saja yang banyak adengan seperti ini. Apalagi dengan bumbu menantu kesayangan. Seperti menantu kesayangan ibu Shinta. 

Karena begitu rajinnya rapat, kadang rumah menjadi tempat singgah sementara ketika pulang ke rumah hanya untuk berganti baju. Setelah itu pergi lagi  menuju tempat 'rapat' Anak, Isteri sampai terlupakan.

Ada masa ketika ayah yang begitu sibuk mencari 'uang', akan berhenti ketika umur sudah tua dan memasuki masa pensiun. Kesadaran muncul terlambat ketika anak-anak sudah tidak perduli lagi, apalagi menerima kerentaannya.


Love, Audy




 

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement