Menu

 

Nanti ...

 





Audy Jo

Bukan hanya pas hari raya besar saja, semua orang ingin terlihat baik. Mulai dari pempilan wajah, baju sampai aksesoris harus terlihat sempurna.

Rasanya saya tidak menuding orang semua sebagai pelagak, atau suka pamer. Tetapi memang itu sudah mendarah daging di diri semua manusia. Meskipun dengan dalih apapun semua orang ingin diperhatikan.

Cerita Pak Rendy sungguh menarik perhatian saya. Beliau sebetulnya bukan orang penting di kantor. Bukan Manajer ataupun jabatan lainnya. Tetapi dari beberapa cerita teman kantornya, beliau harus mengeluarkan dana untuk persiapan pulang kampung.

Memang tidak ada salahnya, ketika beliau ingin memperlihatkan apa yang sudah dicapainya di perantauan. Membuat bangga orang tua, sanak saudara dan teman-teman di kampung. Mereka bangga kalau putra daerah mereka berhasil di perantauan. 

Masalahnya yang ada, berapa uang dari kocek harus dirogoh, hanya untuk menyenangkan kerabat di kampung. Lelah! Uang yang dengan susah payah dikumpulkan hanya lewat begitu saja. Untuk apa? Menjaga gengsinya. Nanti setelah pulang, kembali ke realita ... berapa banyak waktu lagi yang diperlukan untuk memutar roda kehidupan mengumpulkan pundi-pundi keuangan. 

Dengan penampilan bak seorang direktur perusahaan pak Rendy bercerita tentang kegiatannya di kantor. Semua yang mendengar tentu saja takjub. Tidak ada keraguan lagi buat mereka, bahwa pak Rendy berhasil mengalahkan kejamnya ibu kota. 

Mulailah, beberapa katebelece pun berdatangan. Mulai dari keponakan, anak temannya, sampai temannyapun dititipkan. Minta tolong dibantu yaaa ... begitulah harapan mereka, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan pak Rendy.

baca juga : Katebelece

Saya menyadari apa yang dilakukan pak Rendy itu memang salah. Tetapi sudah menjadi kebiasaan kalau bertemu seseorang penampilan kita harus dijaga. Memperlihatkan kalau hidup kita memang sudah mapan. Di salah satu sisi, kita ingin memperlihatkan kalau hidup kita baik-baik saja, walaupun pergumulan hidup sedang berlangsung. Tujuannya supaya tidak menyusahkan pikiran orang tua.

Banyak juga yang kadang tertipu dengan penampilan luarnya. Dengan mobil mewah yang lalu lalang di jalan raya. Kita tidak tahu apa peristiwa yang terjadi di layar belakang, ketika mereka membeli mobil mewah itu. Apa mereka kredit atau beli cash. Apa uang yang didapat uang 'bersih' atau 'kotor'. 

Penampilan seseorang tidak bisa dilihat dari kerennya mobil. Ih jadi teringat peristiwa bulan lalu. Ketika saya mau jalan pagi, dan keluar dari jalan rumah, saya melihat ada mobil keren yang sedang parkir di salah satu rumah yang besar. Sedikit aneh buat saya kalau melihat rumah itu. Berdiri di pinggir jalan dengan pagar yang tinggi dan mempunyai tiga lantai ... atau empat ... yang saya dengar dari tetangganya ada kolam renang di lantai atas itu. Tetapi sekarang rumah itu dijual.

Gosip mulai merasuki pikiran saya. Saya asumsikan mereka itu orang kaya kalau dilihat dari mobil yang harganya ratusan juga. Sewaktu saya mulai mendekati ... tiba-tiba keluar dua orang yang langsung menaiki mobil itu. Sunggu saya terperanjat ketika kaca bagian kanan depan turun ... ada tangan yang keluar dan melemparkan tisu. Wah! Kan dalam mobil ada tempat sampah! mengapa tidak membuangnya disana?! Saya mau menegur, tetapi takut peristiwa itu jadi panjang. karena kami masih bertetangga. Apa kata suami saya, ketika saya mulai membuat gara-gara. Begitulah orang Indonesia masih ada ...tapi ... tapi ...nanti ...nanti ...

Akhirnya, hanya bisa memperlihatkan wajah gondok saya saja ke mereka. Apakah tahu bahasa isyarat tubuh enggak ya?




Love, Audy

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement