Menu

 

Suara Besar

 



Audy Jo

"Suaranya dikecilin, Ma!"ujar Santo, ketika mendengar Nining berbicara dengan anak bungsunya.

Seperti biasa Nining itu orangnya terlalu semangat kalau sudah membicarakan subyek yang dia kuasai. Pagi ini anak yang bungsu mengadu, kalau kakinya gatal. Ampun, memang tidak ada lawannya kenikmatan ketika kulit gatal, tangan pasti tidak bisa berhenti untuk menggaruknya. 

Mulailah Nining mengeluarkan kebisaannya di bidang kecantikan. Pakai salep ini, khusus untuk kulit, Nining menyodorkan salep yang dibelinya untuk kulit korengan.

Nining perempuan empat puluh tahun dengan rambut keriting ikalnya, kalau diperhatikan dia kayak orang Ambon padahal Jawa tulen. Apalagi kalau lihat Santo, hitam legam dan rambut keriting. Berdua itu orang Jawa. 

Santo kerjanya di lapangan, dibagian mencari minyak, jadi kadang kerjanya di hutan pelosok Indonesia.


"Emosi yang meledak tidak dipengaruhi warna kulit, atau darimana dia berasal."


Demikianlah ... ketika Santo berkata seperti itu, mulai "taring" Nining keluar. Mulailah Nining membeberkan kisah asmara masa lalu. 

"Kenapa pilih saya yang suaranya besar?! Saya besarnya tinggal di hutan jadi sudah biasa berteriak."
Kalau ditelusuri Nining ikut dengan Alm Ayahnya yang dulu kerjanya sama dengan Santo sekarang. 

Tempat tinggal mereka di komplek, antar tetangga jarak rumah bisa 10 meter kiri kanan. Sedangkan belakang rumah dipisahkan oleh lapangan bola. Kebayang antar tetangga begitu jauh, jadi kalau panggil teman untuk main, berteriak satu dengan yang lain. 

Santo pun ngeloyor pergi, enggak mau berbantah dengan Nining. Kalau diteruskan dia bisa kalah, karena Nining pandai bersilat lidah.


"Kalau sudah biasa dengar suara Mama yang besar, anak-anak akan terbiasa ketika mendengar suara orang di luar sana, sehingga mereka tidak kaget dan sudah biasa. Mamanya kan biasa seperti itu!"

 

Begitu moto yang biasa Nining utarakan. Kalau dipikir ada benarnya juga. Anak-anak yang biasa di rumah diajak ngobrol dengan suara pelan, kayaknya merasa dunia ini tidak ada masalah", padahal dengan berbagai macam karakter orang di luaran sana, bisa mengagetkan anak-anak. 

Ada cerita dari kenalan saya, Keluarga ini sebutlah Tono dan Dinda, mereka punya dua orang anak. Tono bekerja di perusahaan pertambangan, dia sering berada di pedalaman hutan, mencari minyak. Biasanya ada jam-jam tertentu dia berada di atas rig pengeboran. Kebanggaan di dalam hidupnya.

Sayangnya sifat Tono itu keras, kadang terhadap anak buahnya kata-katanya cukup keras. Dia terkenal dengan sifat keras, sehingga di kantor daerah atau kantor pusat orang segan terhadapnya.

Di perusahaan tempat Tono bekerja kadang ada pembagian tanah untuk para pegawai. Mereka bisa membeli tanah dengan mencicil. Semua pegawai yang pintar "menjilat atasan" sudah pasti mendapat jatah tanah yang bagus. Ada yang di tengah kota, kebayang deh harga tanah setiap tahun pasti naik.

Tono yang tidak mengerti memang ditawarkan tanah, tetapi dia medapat tanah jauh di daerah terpenccil. Kasihan juga! karena dia sering marah, orang tidak respek terhadapnya, apalagi kalau ada bisnis lain, kadang Tono tidak diajak.

Saya yang mendengar cerita dari Dinda, isterinya pun sedih juga, karena mereka merasa diperlakukan tidak adil. Saya hanya bisa menasehati, untuk merubah gaya pendeketan Tono terhadap para rekan kerjanya. Lumayan manjur nasehat saya. Mencoba bersabar dalam mengahadapi situasi di kantor, tetap tenang. Memang semua menjadi lebih baik. Tetapi ada juga yang sudah merasa sakit hati, kadang mereka didepan Tono saja berbasa-basi dengan wajah tersenyum, di belakang mereka akan mengumpat Tono.

Intinya selagi kita bisa berbuat baik, menahan sabar semua akan baik-baik saja, benarkan? 



Love, Audy


Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement