Menu

 

Hari ini untuk Masa Depan

 



Audy Jo

Orang berjasa dalam hidup ini siapa? Pertanyaan di antara teman-teman kantor Juwita di saat makan siang.

Hampir semua mengatakan ibu mereka. Juwita pun tanpa ragu mengatakan yang sama. Tetapi dalam hati kecilnya, ada sedikit keraguan. Benarkah? Rasanya tidak ada memori yang paling dirindukan. Meskipun terbersit satu memori yang indah. Ketika dia masih di sekolah dasar. Ketika rambutnya masih panjang hampir sepinggang. Setiap pergi sekolah, pasti dikepang dua. Masih ingat dengan belaian itu. Selainnya sudah lupa. 

Rasanya hanya kerja ...kerja ...kerja saja yang dilakukan sewaktu dia kecil. Mulai memasak nasi yang paling menyebalkan itu. Pada saat itu mereka belum mengenal yang namanya rice cooker. Dengan uap yang rasanya membasuh seluruh wajahnya, tangan yang kecil mengaduk beras yang mulai mendekati nasi. setelah itu dituangkan ke dlam dandang untuk mendapatkan nasi yang pulen. Mengajak adik-adiknya bermain. Rasanya pada waktu itu dia sudah menjadi seorang baby sitter, walaupun pekerjaan ini belum seterkenal seperti zaman sekarang.

Lelah sebetulnya, mengingat apa yang dilakukannya pada waktu kecil. Apalagi dengan keadaan keluarganya yang tidak ada pembantu. Semua dikerjakan sendiri. Adiknya yang lebih besar, sudah diberi tanggung jawab untuk membantu mengurus urusan rumah tangga. 

Barangkali karena banyak anak, maka kehidupan rumah tangga orang tua Juwita tidak harmonis. ayahnya merasa tersisihkan oleh anaknya sendiri. Ibunda Juwita lebih banyak mengurus kelima anaknya yang masih kecil-kecil. Pertengkaran demi pertengkaran kadang terjadi di tengah malam di kamar mereka. Sebisa mungkin suara itu tidak keluar dari kamar mereka, takut mengganggu anak-anak tidur. Tetapi Juwita walaupun masih berumur belasan sudah mengerti apa yang terjadi di dalam kehidupan keluarga mereka.

Rasanya, sampai sekarang tidak ada yang bisa diingat. Apakah karena terlalu banyak tekanan sewaktu dia kecil, atau memang daya ingatnya sudah mulai melemah? Rasanya banyak kenangan yang suram ketika Juwita kecil. Mulai dari banyaknya bulian dari teman-temannya atau ... banyak kejadian di antara Ayah dan Ibunya yang ramai menjadi perbincangan di antara para tetangga. Rasanya Juwita sudah menutup semua memori ketika dia kecil. Apalagi dengan adanya trauma masa kecil akibat perlakuan tidak baik dari sekelilingnya.

"Aku rasa aku tidak bisa kalau yang berjasa itu ibuku, meskipun dia memang yang melahirkan ku, tetapi rasanya, hidupku hanya diriku saja yang mengasihiku," ujar Juwita.

Memang tidak bisa menyalahkan Juwita, karena sekarang dia tumbuh mandiri, tidak perlu pertolongan orang lain. Rasanya lelah mengurus orang lain, dia merasa cukuplah! Aku hanya ingin mengasihi diriku sendiri. 

Kemandirian Juwita memang terlihat dari betapa dia mengurus dirinya sendiri dengan baik. Mulai dari pekerjaan yang dia dapatkan sendiri, Sekolah S2 yang dia dapatkan melalui beasiswa, meskipun S1 dia masih dibiayai oleh kedua orang tuanya. Dia masih mengucapkan syukur dan berterima kasih karena untuk pendidikan kedua orang tuanya masih mendukung dalam soal keuangan.

Biarpun perusahaan yang sekarang lebih banyak pekerjaan yangberat, tetapi Juwita bisa bertahan sampai sekarang, dalam artian dia bisa mengalahkan para koleganya yang laki-laki, sehingga dia menjadi tangan kanan bos di perusahaannya.

Dalam pekerjaan Juwita memang sudah terkenal ketangguhannya, tetapi dalam kehidupan pribadinya Juwita merasa ada yang salah dalam mencari pasangan hidupnya.

Menulis cerita Juwita, saya membandingkan jalan hidupnya dengan jalan hidup saya. Memang hampir mirip, tetapi dalam kehidupan saya masih lebih beruntung karena diberi pendamping yang luar biasa. Memanjakan saya dalam segala hal. Barngkali memang zaman saya dan Juwita memang tidak ada yang namanya pembantu khsusus alias baby sitter maupun rice cooker. Semua dikerjakan sendiri, apalagi membayar pembantu rumah tangga buat keluarga saya pun harus mengeluarkan uang banyak.

Sebagai anak pertama, saya memang, mau enggak mau membantu orang tua mengurus adik-adik. Apalagi ketika orang tua saya ada pesta atau pertemuan dengan relasinya. Saya menjadi yang diandalkan menjaga rumah dan mengurus keempat adik saya.

Jalan hidup masing-masing orang berbeda, tetapi dari setiap momen yang terjadi dalam hidup menjadi pembelajaran untuk masing-masing. Setiap hal itu selalu ada baik dan buruk, tidak semua mulus, ada jalan bergelombang yang harus dilalui. Setiap hal yang tidak baik menjadi pelajaran sehingga ketika masuk dalam momen yang sudah lulus, bisa menghadapi dengan lebih bijaksana.

Apa ada momen yang tidak enak dalam hidup mu?


Love, Audy

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement