Menu

 

Rasanya Ingin Berteriak Keras





sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat.



Sedu sedan tak tertahankan. Kala masuk hari kedua setelah minum obat. Masalahnya karena dokter baru yang belum mengenal diri ini. Jadi seperti bahan percobaan awal.

"Jangan begitu, Ma!" Teguran dari sang suami. "Ayo bisa!"

"Iya bisa cuma rasanya jengkel saja. Harus begini. Berbeda penanganan. Tidak seperti biasa."

Muntah mual pagi sudah masuk hari kedua. Belum pernah dialami seperti ini. Beruntung ada persediaan obat untuk lambung dan muntah punya anak bungsu. 

Kalau dilihat "kebelakang" hal ini sudah biasa kalau memang mau menurunkan gula darah dan kolestrol. Tetapi tidak pernah ke Ahli Gizi. Sekarang kebalikkannya jadi ada aturan makan yang harus diikuti. Ketemu ahli gizi yang sudah bisa ditebak darimana beliau hehehe dari medan bah! Baik sih orangnya, kasih no.WA. Senang juga sayang tidak sesuai ekspektasi kalau seseorang kasih nomer HP itu bagaimana. Ya sudahlah.

Rasanya setiap makan ga bisa masuk. Karena menunya bikin setup saja. Semua ditimbang huhuhu ....




Sore ini rasanya aga lumayan jadi bisa menulis curahan hati. Menguatkan hati untuk mencoba melanjutkan pengobatan. 

Masih beruntung punya nomer Whatsapp dokter dari BPJS di BSD yang begitu baik, mau ditanya dan memberikan resep obat tentang kondisi badan. Karena dokter yang baru tidak ada WA nya. Telpon ke RS. Tempat dokter yang bertugas susah masuknya dicoba beberapa kali enggak bisa masuk duh gimana? Apa karena hari minggu? Jadi enggak bertugas. Ah sedikit kecewa. Apa ganti rumah sakit saja?

Menata hati di tempat baru, menguatkan hati melangkah menyongsong masa depan. Membesarkan anak-anak. 

Menulis sedikit tersendat rasanya berat di hati. Rasanya tidak mau melakukan apa-apa.

***

Bertemu teman Cool, Community dalam Tuhan sungguh menguatkan. Harus kembali ke fokus awal. Jangan teralihkan. Seperti tertampar rasanya Tuhan menegur. 

Memang sejak pindah ke Bandung seperti ada yang menahan. Rasa berat di hati, emosi yang tinggi, kemarahan yang ingin diluapkan. Yang biasanya masalah tidak terlalu banyak hanya di antara keluarga kecil saja, sekarang tambah melebar. Sepertinya masalah di keluarga kecil kami sudah lulus sekarang naik tingkat ke masalah yang lebih luas Hehehe Haleluya  Tuhan baik karena kami sudah naik tingkat.

Hanya berharap diberikan kekuatan untuk setiap langkah yang akan diambil. 

Selamat hari minggu. 



Love, Audy

Ceritadiri.com

All about me

Share:

Stop Jangan Di Photo



Kebersamaan dari awal masa pertumbuhan anak bisa menentukan sikap pada saat anak mulai masuk masa pubertas. 

Share:

Perbedaan Itu Ada Walaupun Tidak Terlihat

 

 

Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka. 


Bertahan ... tetapi kalau ada perlakuan yang tidak adil ngapain juga dipertahankan.

Walaupun institusi sepertinya keren tetapi di dalamnya tidak mengenal kesopanan dalam hirarki ya sudahlah memang belum jodohnya.

***

Melewati sosialisasi seperti training sudah biasa, tetapi kalau ada perlakuan yang berbeda itu tidak biasa.

Memang sudah pilihan sendiri hanya mengambil lulusan D3 pada jaman itu, dengan harapan cepat kerja. Enggak berpikiran neko-neko yang penting cepat selesai kuliah dan empat adik juga bisa sekolah.

Berpikiran positif sih, tapi kalau ada perbedaan di depan mata bagaimana? Lebelnya sih Sekretaris Direktur, tapi perlakuan sejak mulai training seperti tidak terlihat.

 Apa karena pendidikan yang rendah?

Mencoba bertahan, daripada terbuang sia-sia beberapa tahun pengalaman kerja untuk melengkapi ketrampilan sebagai sekretaris yang baik. Akhirnya tak tertahankan karena tugas  sebagai sekretaris  menjadi cleaning service isi lemari file. 

Lah! memang ada cakupan kerja juga membereskan file. Eits ... membereskan dan membersihkan beda tipis hahaha.

Menyesal  yess .... Ada rasa sesal di hati karena meninggalkan pekerjaan yang paling disuka hanya karena ingin mempunyai momongan. Yang ternyata setelah meninggalkan pekerjaan itu masih menunggu lama untuk mendapatkan momongan.

Pekerjaan sebagai Sekretaris General Manager sebuah Hotel bintang 3 sangat mengesankan. Walaupun dengan label itu pekerjaan yang dilakukan hampir seperti "ibu rumah tangga yang mengurus rumah yang besar dengan banyak kamar dan anak banyak".

Tapi Aku suka.

Mulai dari awal kedatangan ketempat kerja untuk absensi. Melihat sekeliling "rumah", menerima laporan untuk diberikan ke atasan nanti sewaktu briefing. 

Sesuailah kerjaan sebagai sekretaris, merangkap semua urusan administrasi, keuangan, "urusan dapur" untuk restoran dan sebagai alarm untuk atasan "Pak GM" yang tidur di salah satu kamar Hotel yang sudah dianggap "rumah sendiri". 

Nah! Yang begini nih. Kalimat di atas diberikan garis merah bukan dalam arti negatif ya. Karena pak GM sangat baik hati. Kalau dilihat dari tugas sebagai sekretaris mustinya enggak sampai sebegitunya. Begitulah kalau belum punya isteri alias singleman perlu orang lain membangunkan. Eits ... banyak kok yang membangunkannya.

Hihihi senyum ... senyum dikit.

Setiap pekerjaan yang tidak sesuai dengan job desk tidak masalah buat orang seperti aku. Semua dengan senang hati dilakukan karena bisa menambah tulisan di kolom pengalaman curiculum vitae.

Yang terutama di hati tak tersakiti karena ada perbedaan dalam latar belakang pendidikan.




Love, Audy

Ceritadiri.com

All About Me



Share:

Yellow


 
Share:

Kebiasaan Bertanya dan Bercerita

 



"Ma diundang masuk grup telegram." Seru anak yang sulung.

"Enggak apa-apa. Masuk saja bergabung. Sekalian kenalan yaa! Perkenalkan diri." 

"Enggak ah malu."

Belum apa-apa sudah berpikiran negatif nih putra sulungku. Walaupun akhirnya menginstal aplikasi telegram dan masuk dalam grup Fakultas Seni rupa dan Design, Jurusan Arsitektur.

"Banyak ceweknya, Ma!" 

Hahaha sedikit geli juga. Segala sesuatu dilaporkan. Bersyukur untuk anak-anakku sampai sekarang masih mau bercerita untuk apa yang mereka alami. 

Bangga tentu ada dalam hati karena merasa apa yang diajarkan atau didikan sebagai orang tua berhasil. Sesuai dengan yang diinginkan. Maksudnya anak-anak menjadi lebih baik.

Kadangkala ada orang tua yang perlu bertanya ke anaknya. "Apa yang kamu lakukan" tapi tidak ada jawaban. Kadangkala musti dipaksa.

Pernah enggak mengalami seperti itu?

Memang awalnya tidak mudah. Kan aku belum pernah jadi orang tua apalagi menjadi seorang mama. Trial and error sering terjadi. Mencoba mencari formula yang pas untuk mendidik anak. Apalagi dengan perbedaan keinginan dengan papanya anak-anak. Sebagai mama kepengen anaknya tangguh, dilain sisi sang papa sangat memanjakan anak-anak.

Menurut penelitian kalau kedua orang tuanya saling bertolak belakang akan membuat sifat anak menjadi plin plan alias susah mengambil keputusan. Harus menunggu perintah selalu.

Sebagai orang tua yang tadinya berbeda, akhirnya mengambil kesepakatan. Adakalanya ada waktu tegas, lain waktu  memanjakan.

Ah coba pakai "sepatu aku".

Gimana ada yang sama dengan aku dalam mendidik anak-anak?

Kembali lagi cerita tentang anak-anak yang senang bercerita kepada orang tuanya. Kalau dilihat cara pengasuhan aku dan suami memang sering bercerita kepada anak-anak. Apa saja  kegiatan yang kami lakukan. Apalagi suami kalau pulang kerja sudah pasti kalimat utama yang sering ditanyakan "hari ini pada ngapain?" Kalimat pertama sejak masuk pintu rumah. Anak-anak sudah hapal pertanyaan papanya.

Begitulah kekuatan kalimat yang sering ditanyakan sang papa kepada anak-anak. Mau enggak mau mereka akan bercerita dan papanya juga akan bercerita apa yang dilakukannya hari ini.

Tidak sebentar juga untuk menciptakan atmosfir tanya jawab di antar kami sekeluarga.

Terus saja bercerita, bertanya. Mulai dari kita sebagai orang tua mendekat kepada anak dengan bercerita tentang kegiatan yang kita lakukan.

Kadang berpikir "apa nanti kalau mereka besar sudah tidak mau  bercerita." Semoga enggak terjadi yaa ... mereka tetap akrab dengan kami sebagai orang tua.




Love, Audy

All About Me

Share:

Mengguncangkan Diri Lebih Keras










"Duh!"

Kalimat yang sering dikeluhkan setiap mau jalan pagi.

Sudah beberapa bulan tinggal di
Bandung. Kembali ke rumah orang tua. Ceritanya mau menghabiskan masa pensiun suami juga membawa anak sulung berkuliah di Bandung.

Bersyukur setiap bangun pagi. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan beri. Berusaha untuk menjaga badan supaya tetap sehat. Ayo olah raga.

Memang sih sebelum di Bandung, olah raga juga sudah dilakukan di BSD. Lingkungan lebih mendukung dekat dengan taman. Ah ... jadi rindu. 

Jalanan yang dilalui datar tidak seperti sekarang ini. Jalannya naik turun. Enggak bisa menolak dong hehehe namanya juga dibilang perumahan Bukit Ligar.

Semua "medan" harus dilalui, belajar lagi untuk mengenal jalan yang dilalui. Diibaratkan seperti anak bayi yang mulai bisa berjalan. Tertatih-tatih. 

Satu hari, dua hari dengan nafas yang "oh Tuhan berikan kekuatan untukku dan suamiku." Sepertinya setiap nafas menyebut nama Yang Kuasa untuk pertolongan-Nya.

Memupuk semangat diri tidak mudah. Pernah enggak kamu alami seperti yang aku lakukan? 

Keluar dari rasa malas. Mencari formula yang tepat. Gimana caranya dengan kondisi yang ada bisa berolah raga.

Akhirnya pilih lokasi jalan yang tidak terlalu curam dan menanjak. Dengan harapan setelah bisa mengalahkan lokasi ini, pindah tempat yang lain.

Setiap pagi bersyukur bisa melalui setiap rintangan hari kemaren.

Selamat pagi. Sehat selalu.



Love, Audy.

All about me









Reff:

Pic. Audy Jo

Share:

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement