Menu

 

Tahan Marah

 




Audy Jo


Banyak cara untuk marah. Saya pernah melihat teman saya yang kalau marah, matanya melotot seperti mau keluar saja. Mulailah makian keluar. 

Apalagi ketika ada mobil yang menyalip tiba-tiba di depan kendaraan yang sedang dibawanya. Iih Banyak isi kebun binatang pada berhamburan. Kalau pas saya lagi ikut mobilnya, rasanya saya ingin bersembunyi di bawah jok mobil. Atau bersmbunyi di bagaian bagasi mobil. Soalnya saya paling tidak suka tiba-tiba ada yang berantem gara-gara hal sepele. dalam hal ini cuma masalah kecil karena dibalap mobil lain.

Sejak kejadian itu saya tidak pernah mau naik mobilnya lagi. Daripada saya deg-degkan terus, rasanya tidak tenang. Pernah ketemu tidak sengaja di suatu perbelanjaan, wajahnya menjadi lebih tua. Barangkali karena bertambahnya umur sudah pasti jadi lebih tua, tetapi setahu saya tidak sampai sejelek itu. Maafkan kalau tulisan ini dia baca.

Sudah marah kemana-mana, setelah itu selesai terus dia minta maaf. Seperti tidak ada kejadian apa-apa. Memang sih enak di beliau yang sudah marah, setelah selesai marahnya, terus melupakannya. Belum tentu dengan orang yang dimarahain. Pasti ada rasa sakit hati yang tertanam dalam relung sanubari yang paling dalam. Bisa saja orang yang dimarahi, mengiyakan saja permintaan maafnya, tetapi memang tidak semudah itu melupakan. 

Saya pernah dengar kalau teman saya yang tukang marah, di kantornya tidak disukai oleh semua orang. Sayang banget! Beliau tidak ada teman yang mau berbagi cerita. Apalagi di instansi terkait, jarang ada informasi yang baik yang diberikan secara cepat ke beliau. 

Pernah ada satu kasus, ketika semua orang di instansinya mendapatkan jatah tanah yang bisa dibeli dengan dicicil. Teman saya tidak diberitahukan. Ketika semua orang sudah mendapatkan tanah, yang terletak di pusat kota, baru teman saya diberitahu ada pembagian tanah yang bisa dia ambil. Ternyata dia hanya kebagian tanah di pedalaman di satu daerah deket bogor, tempatnya agak jauh dari kota. 

Rasanya teman saya itu sadar kalau memang dia kurang dihormati oleh orang-orang kantornya, karena sifat jeleknya. Setelah peristiwa itu, sikapnya sekarang mulai berubah. Lebih ramah, dan tidak membanding-bandingkan kejelekan orang lain.

Berdebar-debar, nafasnya seperti tersendat, ketika amarah saya timbul. Tidak mengenakkan ketika saya masuk dalam arena kemarahan. Biasanya marah itu timbul ketika saya sudah tidak tahan menahan kemarahan. Biasanya ada rasa berat di dada, ketika kemarahan itu muncul.

Banyak kemarahan yang terumbar di televisi. Dengan berbagai sinetron yang muncul, sudah  pasti ada kemarahan dari setiap tokoh yang memang diarahkan sesuai jalur cerita. 

Saya tidak suka mengikuti drama-drama yang ada. Makanya saya lebih memilih drama cerita dari negara Korea dan Cina. Selain filmnya bagus, kalimat yang mereka utarakan, tidak saya mengerti. Jadi amankan. Kemarahan yang ada tidak bisa masuk dalam hati. Saya tidak bisa mengerti bahasa negara lain kecuali bahasa yang diajarkan orang tua saya.

Pernahkah Anda berpikiran seperti saya. Atau barangkali ketertarikan dengan sinetron Indonesia masih lebih kuat?

Coba sesekali Anda mencoba nonton Kdrama atau Cdrama. Setiap adegan kemarahan pasti tidak dimengerti apa yang sedang diperkatakan. Tetapi itu memang pilihan. Kesukaan orang memang berbeda.

Bagaimana ada yang setuju dengan saya?



Love, Audy 

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement