Menu

 

Srot Srot dan Jeritan

 




Audy Jo

Sudah beberapa hari hubby batuk pilek. Bertahan enggak ke dokter ngobatin sendiri pakai obat yang ada di rumah.
Share:

Bom Waktu Setahun Sekali



Baca Juga di Kompasiana

Mendekati hari lebaran suka bikin deg-degan, karena seperti tahun sebelumnya ART pasti sudah berganti. 
 
Kadang sudah dibaikin malah enggak kena sepertinya.  
 
Kok rasanya lebih banyak keluar uang kalau tiap lebaran. Mulai dari membeli bahan kain, kue-kue dan lain sebagainya alias mempersiapkan sogokkan supaya ART bisa balik lagi kerja di rumah. 
 
Kenapa sih ngomong begini, kayaknya suka enggak rela. 
 
Udah dari baru datang sebagai ART , diajarin, diarahkan segala macam keahlian supaya bisa sesuai selera dengan keinginan keluarga. 
 
Entahlah apa karena aku punya indera ke enam, jadi kadang tahu ART mana yang cocok dengan keluarga. 
 
Biasanya bulu kuduk suka berdiri melihat cara kerjanya. 
 
Maksudnya kalau cari pacar sepertinya nyambung kalau lagi bicara. 
 
Kalau ada  ART, kerjaan sebagai ibu rumah tangga menjadi lebih mudah. Olah raga pagi bisa dilakukan tanpa ada gangguan. apalagi rumah cepat bersih dan pekerjaan rumah tangga lainnya beres. sehabis olah raga bisa bersantai sejenak dan setelah itu bekerja secara online, ahh hidup menjadi lebih mudahhh 
 
pengennya memilih ART tuh yang umur enggak usah muda banget dan ga tua juga. tapi pada prakteknya gak bisa seperti itu.  
 
Mencari dengan berkeliling di komplek perumahan sudah biasa, bertanya-tanya. Mulai dengan obrolan basa basi sampai akhirnya tujuan utama dipertanyakan. 
 
Biasanya menunggu beberapa hari untuk mendapatkan info ART yang mau bekerja. Karena kelamaan menunggu akhirnya pelerkaan rumah tangga sudah bisa di urus sendiri walaupun dengan tenaga seadanya. 
 
Kalau sudah begitu, keinginan punya ART lagi pupus sudah. Malas menambah orang baru dalam rumah. 
 
 
Love, Audy
Share:

Jadi Mentor Harus Galak?




Kata Teteh,
"Nih yang udah nyaman ga usah mikirin apa-apa! Ngapain mau ngajar ebook!"

Ah teteh enggak tahu, aku tuh kalau enggak ngajar kayak ga ada tujuan hidup. Kadang mual kalau enggak ada yg dikerjakan. Emang siih banyakan nonton Drakor. Cuma kalau udah semingguan rasanya blank. Cobain deh pakai sepatu aku!

Akhirnya, enggak tahu gimana caranya sekarang jadi mentor Ebook. 

Barangkali darah keturunan sekarang berbicara. Kalau ditilik kebelakang keluarga dari Ambon kebanyakan guru.

Hahaha geli sendiri. Orang Ambon kalau ngajar galak katanya!

Buat kelas untuk para perempuan sampai sekarang belum ketemu selahnya.

Dituruti enggak bergerak juga ambil keputusan baru. Share materi hanya tiga hari setelah itu praktek sebulan.

Apa boleh buat karena masuk Google nunggu verifikasi dua belas hari.  Kalau sampai akhir bulan ga ada hasil, yaa ditinggal 🛵🌬  

Nahhh galakkan!

Cuma prakteknya jam bicara bisa tuh 24jam. Hubby udah mulai kasih warning. 
"Atur jam bicaranya!" Hihihi kayak dokter aja.
"Ok ok, Pa!"

Kayaknya kalau diterapkan kelas yang udah berjalan enggak mungkin. Mulai aja dengan kelas yabg baru.

Setiap kelas rasanya momennya berbeda. 
Banyak pelajaran yang di dapat dari setiap individu.

Ah, para perempuan pintar.


Love, Audy







Share:

OMicron





Baca juga di Kompas

Waspada Omicron

Rasanya sudah berdamai dengan keadaan. Tidak lagi takut dengan pandemi Covid 19.  Berusaha untuk hidup damai dengan bung Covid. 

Protokol yang dianjurkan semua tetap dilaksanakan. Memakai masker, Cuci Tangan dan jaga jarak masih tetap dilakukan.

Terlalu nyaman hidup dengan bang Covid sekarang irama kehirupan mulai berbeda lagi. Barangkali terlalu nyaman sehingga semua aturan protokol kesehatan sudah mulai ditnggalkan. Haha hihi sudah kelhatan giginya dimana-mana. Lupaaa ...

Mau protes? Urusan loe apa! Takut juga jadi mau negur. Bagian Satgas kalau pas diperlukan enggak ada. Cari dimana yaa?

Sampai sekarang anak-anak masih dijaga ketat untuk tidak pergi ke luar rumah. Tetapi ternyata anak-anak malah jadi anti keluar rumah, walaupun hanya ke depan rumah untuk berjemur matahari. PPKM yang dilakukan sekolah untuk si kecil malah tidak berjalan. Hanya satu kali pergi ke sekolah setelah itu macet enggak mau pergi sekolah. "Lebih enak di rumah, Ma!" OMG

Ada sisi positip dan negatif dari masa pandemi ini. dilihat dari segi positif, anak-anak terlihat ada di rumah kekuatiran dalam pergaulan hilang karena semua dalam kendali orang tua. Sisi negatif yang terjadi mereka hanya memegang gadget dari pagi sampai malam dan terlalu tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya, apalagi disuruh bergaul dengan teman lainnya. "Malas, Ma!"

Sebagai Orang tua kadang miris juga, gimana kalau sudah kembali normal? Sekarang pun sudah bisa dibilang setengah normal, karena sudah bisa keluar rumah dengan protokol yang ketat. Bertemu dengan sahabat pun memakai masker. Tetapi anak-anak tidak bergeming untuk bertemu dengan teman sekolah atau teman kuliahnya. walaupun sudah dibilang "pakai masker boleh kok bertemu dengan teman-teman!"

Ini baru cerita dari hasil pandemi Covid 19. Sekarang keluar lagi varian baru yang namanya keren Omicron. Sekilas lihat berita di TV.  Sudah enggak terlalu memperhatikan sih soal bung Covid, anggap saja seperti lagi nonton gosipnya para artis.

Sudah enggak bisa apa-apa menghadapi "gosip" ini. Tunggu informasi akurat saja dari pemerintah. Peraturan apalagi yang akan keluar. 

Yang dilakukan sekarang hanya tetap melaksanakan protokol kesehatan standar pandemi.

Isu gelombang ketiga mulai terdengar. Sedikit ketakutan mulai terasa. Duh jangan lagi deh!

Berharap pemerintah cepat mengambil keputusan. Karena hampir semua tempat liburan sudah bisa di datangi. 

Sebagai perempuan berbisnis secara online sedikit ah bukan lagi sedikit, tetapi sudah menutup keuntungan penjualan kosmetik. Yang biasanya bisa menjual lipstik sekarang terkendala walaupun di sisi lain penjualan pensil alis dan kosmetik area mata masih boleh diharapkan.

Sekarang hanya bisa berbicara dengan sorot mata. Perlu juga nih dipikirkan ide membuat bahasa isyarat mata. Ternyata enggak usah berpikir terlalu jauh kan sudah ada bahasa isyarat untuk orang bisu tuli.

Semoga yang dipikirkan tidak terjadi. Bawa dalam doa supaya bung Omicron enggak mau mampir ke tanah air kita. 


Love, Audy



Share:

Yang Penting Semangat





Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.




Mengajar dan Belajar

Apalagi pelajaran yang diikuti mengasyikkan. Terkadang sampai lupa waktu karena terlalu asyik.

Sesuatu yang seru itu susah mau diberhentikan.




Seperti minggu ini, full pembelajaran dari Canva. Dua kelas diikuti. Kelas Poster film dan kontributor Canva. 

Berhasil menyelesaikan kelas poster film. Sekarang sedang mengikuti kelas Canva Contributor. Ada bonus Canva Affiliate belum dikerjakan. Kok malah mandek.








Ikut kelas Canva Contributor, sudah berhasil upload foto dan diterima. 




Enggak bisa gambar ga kehilangan akal. Kan sudah pernah ikut kelas belajar Photography  jadi bisa upload foto cantik yang sudah ada.

Flashback dikit ... upload photo ternyata tidak sama dengan waktu ikut Challenge Photography

Biasanya untuk satu photo suka di rapihkan alias di editing jadi kekurangannya hilang. 

Ehh, ternyata di Canva Contributor enggak diterima. Mencoba lagi dengan yang asli, malah diterima omg. Rupanya ...!




Yang tadinya udah malas jadi semangat lagi.

Di keluarga semua pintar gambar, aku juga bisa sih cuma enggak passion banget. 

Diminta tolong buat gambar malah ga pada mau. Memble deh. 

Yah sudahlah. 

Akhirnya photo hasil jepretan sendiri di coba. Wahh diterima senangnya.

Kalau nanti ada waktu santai ... ps banyak sih waktu santainya cuma ada malesnya hihihi. Mau dicoba lagi daftar Canva Affiliate biar tambah apet gitu.

Semangat buat yang tidak muda lagi. Semua bisa kok dilakukan asal ... mauuuu.


Love, Audy


Share:

Jika Aku Jadi Kupu-Kupu

 



Kalau disamakan dengan kupu-kupu "it's Ok-lah." Cantik rupanya, coba deh perhatikan.

Bisa terbang kesana kemari dengan indahnya.

Membayangkan diri ini melayang di udara melihat ke bawah, "hei kamu yang ada di sana! Apa yang sedang kamu lakukan?" Kayaknya seperti itu bertanya kepada yang ada di bawah sana.

Melihat setiap pergerakan para manusia. Ada yang berjalan, ada yang berlari, ada yang melakukan kegiatan bekerja di kantor, di pasar dan dimana saja.

Bersyukur bisa terbang, tidak merasakan kesusahan manusia di bawah. 

Ah, Tuhan menyesuaikan masalah dengan masing-masing kehidupan.

Iih hujan ... terpaksa mencari tempat berteduh. 

Rasa tidak puas mulai terasa. 

Ternyata masih enak menjadi manusia. Tidak usah terbang ke sana kemari

Aku hanya bisa dipandang saja untuk kecantikkanku bukan dari cara hidupku.



Love, Audy


Share:

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement