Pilihan Hidup

 


"Kasih itu juga memilih"

Ceritadiri.com ~ "Ya ...ya, sebentar."

Setiap jatuh hari bayaran sekolah. Ada saja alasan.

Sudah beberapa bulan ini, memang sedang menunggu keputusan dari sekolah Ananda untuk perubahan besaran uang sekolah.

    Enggak punya uang?

    "Memang!" Sejak suami tidak bekerja, dan uang menipis. Kami mencari solusi pilihan hidup, dengan mengurangi berbagai pengeluaran. 

    Menunggu dengan perih rasanya yang pernah di posisi saya pasti tahu rasanya. Bersabar sampai kapankah?

    Dengan berbagai gejolak yang ada, ah rasanya tak pantas untuk mengeluh. Semua masih bisa berjalan sampai saat ini. Dan Hubby mulai kerja lagi. Walaupun gaji yang diharapkan jauh dari ekspektasi. 




    Berjuang dengan kehidupan yang ada. Bersyukur!

    "Ibu terlambat mengajukan proposal!" Begitu kira-kira pernyataan yang saya dapat dari kepala sekolah tempat Ananda bersekolah.

    "Orang tua lain sebelum tahun ajaran baru sudah mengajukan proposal pengurangan uang sekolah. Dan sekarang sudah kelebihan kuota. Saya tidak tahu apa masih bisa diterima oleh Suster kepala."




    "Oh!" Hanya itu jawaban saya berikan. Sedikit terkejut, karena saya seperti masuk ke dalam dunia baru. 

    Ternyata ada seperti itu dan saya tidak mengetahuinya.

    Sejak pindah dari BSD dengan kehidupan yang luar biasa. Saya seperti memasuki dunia berbeda di Bandung. Saya kurang sigap.

    Selama ini yang saya pelajari, pengajuan untuk perubahan nilai SPP memang tergantung kondisi keluarga yang memang benar-benar terpuruk. Terus apalah kami ini?

    Kalau mau melihat kekuatan keluarga kecil kami, memang tidak ada apa-apa. Tetapi kalau dilihat dari keluarga besar kami, semua bisa turun tangan membantu.

    Barangkali pihak yayasan sekolah juga bisa menilai kondisi kami dari kacamata orang luar. Gampang tinggal ketik alamat rumah di Google dan akan keluar gambar rumah keluarga yang mewah.

    Puji Tuhan memang sampai sekarang masih membayar uang sekolah sesuai tagihan. Semua berkat dari "pagar" terkasih kami.

    Perih ... perih .... kadang air mata berderai melihat perjalanan hidup kami. Memalukan!?  Saya yang salah!




    Baca juga : Menyesal dengan Tujuan Hidup


    Sebentar lagi Ananda selesai sekolah. Rasanya bulan April sudah selesai. Dan keputusan dari sekolah belum ada saja. Baik itu kata "tidak" atau kata "iya" digantung saja!

    Perih sih. Karena ini sekolah kristen katolik. Tahu sendirikan, arti kata ini. "Kasih". Ternyata tidak terasa.

    Wajah ini rasanya entah mau taruh dimana setiap tanggal 10. Cuma teringat sama kalimat yang pernah teman utarakan ketika beliau ada di posisi yang sama dengan saya, "Bagaimanapun caranya  untuk anak sekolah, dari mana saja aku kejar!" Waktu itu saya belum mengalaminya. Ternyata ... yang dimaksud itu begini. Mama tetap harus pasang badan untuk melewati rintangan yang ada.

    Menyesal?

    Tentu saja ada rasa penyesalan. Yang terjatuh tak akan sampai tergeletak begitu janji Tuhan. Bangkit ... bangkit!

    Tertatih ... tatih. Perlahan memperbaiki perjalanan yang masih bolong sana-sini. 

    Melewati "jurang" yang masih banyak di kiri kanan jalan kehidupan kami sekeluarga. Walaupun banyak "pagar" yang menolong menjaga kami. Tetap saja kami tidak bisa selalu berpegang dengan para "pagar" itu.

    Entahlah, semua karena pertolongan Tuhan saja, memberikan "pagar" untuk kami melewati "jurang".

    "Fit in!" Setiap pos yang ada. Masih banyak yang belum bisa kami bayar. Menunggu mujizat yang lebih besar untuk membalikkan kehidupan keuangan kami. Bersabar. 

    Kadang berharap itu melenceng, melihat lagi ke manusia. Lelah! Karena seperti berjalan di track yang lama. Tidak ada pembaharuan.  

    Apakah ini pencobaan, ataukah ini memang salah satu jalan yang diberikan-Nya?

    Pertengkaran kecil pun terjadi, karena saya kembali ke track lama. Hubby sering berkata, bersabar jangan kembali menjadi orang lama. Tetapi alasan saya selalu banyak, "Keadaan sudah di depan mata! Saya harus membayar!"

    Bersyukur ditempa di dalam perjalanan hidup ini. Usia pernikahan kami memasuki area 30, tahun depan. Tidak ada masalah di dalam hubungan kami. 

    Barangkali kelebihan yang kami punya adalah hubungan harmonis ini. Tidak bisa memilih memang, gaya hidup yang diinginkan. Bersyukur. Sebagai istri, hati ini tidak perih tersayat, seperti perempuan lain.




    Bersyukur untuk Ananda yang besar, Tuhan berikan kemudahan pembayaran kuliahnya. Bisa dicicil dan hanya 500 ribu perbulan. Saya dan Hubby sampai sekarang masih merasa takjub dengan keadaan ini. 

    Yang rasanya kami sudah siap ingin bersandar ke "pagar" penolong yang ada. Ternyata ... DIA cepat menolong.


    'nd

    Sekarang berjalan di track baru, dengan kelebihan dan kekurangan yang ada. 

    Harapan tetap masih kami minta ke DIA, untuk mempercepat pemulihan keuangan keluarga kami.

    Berharap ... projek besar mampir. Berharap ... untuk penjualan buku cerita saya buat. 

    Harapan untuk mempercepat melepaskan "pagar" yang ada di sepanjang track.

    Semoga perjalanan hidup keluarga kembali normal, dan hati nurani saya yang terbebani menjadi lebih ringan.

    Diberkatilah kita selalu.



    Love, Audy



    Share:

    0 Comments:

    Posting Komentar

    AJPena Online Class

    Cerita Lain di Blog

    Buletin My World

    Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

    Ebook Audy Jo







    Klik Gambar Buku untuk Beli
    Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

    Advertisement