Menu

 

Tampilkan postingan dengan label Worklife. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Worklife. Tampilkan semua postingan

Hunian Milenial versus Hunian Baby Boomer.




Hunian Vertikal


 

Hunian Milenial versus Hunian Baby Boomer

Sebetulnya enggak tertarik dengan hunian vertikal. Apa karena masanya sudah lewat, jadi mobilitas kegiatan lebih banyak di luar rumah.

Lebih ke arah membugarkan diri.

Jadi kalau tinggal di tempat yang terlalu tinggi, rasanya lebih rumit. Walaupun ada barangkali ada tersedia tempat kebugaran.

Pernah sih, mencoba numpang tidur di apartemen adik dan keluarga besan ibunda. Kalau untuk seminggu masih oklah. Dengan fasilitas yang disediakan masih bisa menarik hati untuk tetap bertahan. Untuk anak-anak sih senang saja. Karena bisa berenang dengan suka-suka. Apalagi kalau huniannya yang mahal. Luas banget deh. Ada Dapur, ruang tamu, kamar mandi, tiga kamar tidur.

Semua fasilitas sudah tersedia. Mau masuk ke kamar juga. Ada penjaga khusus. Dan setiap penghuni harus memakai kartu kamar. Jadi tidak sembarang orang bisa naik ke kamar-kamar. 

Rasanya sih dunia hanya milik kita. Enggak ada sapa dari tetangga kiri, kanan. Sepi ... sunyi. 

Membuang sampah juga di tempat khusus. Jadi ada waktu tertentu yang akan di ambil di tempat tersebut.

Menurut suami yang seorang arsitek,  hunian vertikal memang ditujukan untuk para milenial yang gaya hidupnya lebih simpel. Enggak suka ribet. Apalagi Hunian dibangun di lahan yang terbatas karena mahalnya lahan. Apalagi terletak di pusat kota yang mempunyai banyak lapangan kerja. Para karyawan memerlukan tempat tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerja.


Sumber Ir.Tommy Nataprawira diolah Audy Jo dengan Canva


Harga yang didapat dari sebuah hunian vertikal di tengah kota masih lebih murah daripada rumah yang ada di pinggiran kota. Waktu yang ditempuh menuju ke tempat kerja lebih cepat. 


Sumber Ir.Tommy Nataprawira


Walaupun pada kenyataannya. Punya hunian seperti ini ada biaya yang harus dikeluarkan juga. Seperti  biaya bulanan untuk maintenance hunian, biasanya sudah termasuk air, listrik, sampah, keamanan.

Masalahnya yang sering terjadi antar tetangga biasanya kalau ada keributan biasanya  terdengar jelas. Apalagi kalau ada kebocoran pipa air. Jadi, dituntut rasa solidaritas yang tinggi untuk bisa menerima perbedaan yang ada untuk mendapatkan kenyamanan bertetangga di hunian vertikal ini.

Jadi ... kalau dibilang tertarik yaa ... tiga puluh persenlah. Masih belum terlalu yakin dengan banyaknya hunian vertikal yang menjamur. Masih tetap lebih percaya dengan rumah kecil mungil. Yang kalau tiba-tiba ada gempa bisa berlari keluar menyelamatkan diri. Daripada berlari menuruni tangga dari tingkat lima belas.

Menghayalkan kejadian yang luar biasa. Kalau tiba-tiba suami dipanggil kerja di tempat lain bagaimana ya? Berpisah dengan keluarga. Mau tidak mau mencari tempat tinggal untuk diri sendiri. Pilihan hanya dua, tempat kost yang murah di pinggiran kota atau hunian vertikal dekat tempat kerja. Ah, jadi dilema deh.

Semangat milineal.


Love, Audy



Share:

Membedah Diri Sendiri





Membedah Diri Sendiri



"Sepertinya senang menulis ya?" Begitu kira-kira pertanyaan yang sering dilontarkan setelah melihat tulisan saya dimedsos.

Biasanya saya jawab dengan kalimat standar, "Iya betul"

"Bagus gambarnya."

Saya merasa seperti di awang-awang dengan banyaknya pujian yang ditunjukkan.

Selain saya sebagai penulis, mengajar cara membuat Ebook, membuat konten video, juga penunjang penulisan seperti Canva, aplikasi gambar harus saya kuasai.


Baca juga : cara membuat Ebook

Semua saya pelajari dengan otodidak. Hanya karena penasaran! Semua saya pelajari tanpa bantuan orang lain. Pertanyaan dan jawaban biasanya saya tanya ke "Mbah Google"

Sebagai mentor kelas penulisan Ebook kadang merasa apa yang lakukan masih belum maksimal.

Barangkali kurang untuk iklannya, atau lebih sulit dimengerti apa yang saya materikan.

Melihat mentor kelas lain yang bersemangat, membuat sedikit iri di hati. Saya enggak mau munafik- lah.

Barangkali rejeki orang enggak pernah tertukar.

Masih bertanya dalam hati, "apasih mentor itu? Apa dengan coaching?"

Kalimat yang kadang diucapkan berulang kali oleh Ceo Indscript Creative Indari Mastuti. Salah satu mentor saya yang sangat saya idolakan. Dari beliau arah penulisan saya menjadi lebih baik, dan banyak perjalanan penulisan saya dimulai dari kelas penulisan yang beliau ajarkan. Seperti membuat penulisan solo, antologi, sampai penulisan Ebook yang sekarang saya tularkan kepada perempuan lain.













Beliau sebagai pemerhati perempuan, yang rajin memberikan ilmunya, keahliannya untuk memajukan semua perempuan. Walaupun kegiatannya banyak, tapi beliau masih ada waktu menambah ilmu untuk diri sendiri.

Mentor dan coaching rasanya hampir mirip sama-sama mengajar. Kalau dari kamus bahasa Inggris, mentor artinya pembimbing sedangkan coaching artinya pelatih.

Dalam mentoring terdapat evaluasi, sehingga peserta bisa meningkatkan kemampuan mereka dan belajar dari kesalahan yang telah lalu. Mentor mengarahkan peserta ke arah masa depan yang lebih baik. Sementara coaching, manfaatnya adalah untuk membantu Anda berpikir kreatif dalam mengembangkan ide untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Jadi setiap masalah dicari solusinya oleh diri sendiri. Coaching hanya memberikan pertanyaan apa yang harus diri kita lakukan, sehingga menemukan solusi sendiri.

Kalau yang saya tangkap, dari tulisan di atas, mentor sudah menetapkan tujuan, dan langkah yang harus dicapai," begini loh caranya!" Sedangkan coaching, lebih banyak bertanya, "tujuan kamu apa? Sudah ada ide untuk mencapai tujuan kamu?"

Setiap orang memang perlu menggali bakat di dirinya sendiri. Apa dia termasuk seorang mentor atau coaching. Rasanya saya mulai memilah-milah memori yang ada, bagaimana sebetulnya pengajaran yang pernah dilakukan, dan akhirnya saya melabelkan diri saya hari ini, sebagai seorang mentoring.

Entahlah kalau "jam terbang" saya sudah tinggi, barangkali bisa berubah. Siapa tahu!




AJ

Love, Audy Jo




Cek Tulisannya di Kompasiana




Share:

Wi-Fi Hemat Begini Caranya

 





BACA JUGA KOMPASIANA



"Papa Wifi lemot!" Terdengar teriakan dari dua remaja yang sedang main online di kamar masing- masing.

Share:

Akhirnya Ketemu Juga.




Cantik blognya .... 
Dapat pujian itu sesuatu banget. Apalagi dari mentor kelas yang aku ikuti.

Sudah lama cari guru yang bisa ngajarin cara buat blog. Kayaknya sejak buat blog tahun 2018, cari kesana kemari. Cari di antara teman. Jawabnya "enggak ada yang bisa. Enggak ada yang tahu."
Berjalannya waktu, belajar saja sendiri. Mencoba terus, sambil mengisi postingan.

Ampun, karena tidak mengerti. Aku bisa buat 7 blog. 

Sebetulnya  dari tahun 2018 sudah masuk dalam grup online Indscript Creative. Tapi tidak pernah menyelami grup apa yang diikuti. Baru sejak tahun 2019 mulai menggali info tentang grup yang diikuti.

Ternyata ....

Dari grup jualan online satu nyambung ke grup online berikutnya. Sampailah ..., berakhir bertemu dengan mentor Malica Ahmad yang sekarang aku ikuti kelasnya.

Senang ..., tentu  dong. Passionku menggelora. Akhirnya bisa juga memperbaiki blogku yang sudah lama jadi.

Bergulat sendiri karena ketidak tahuan. Mencoba mempraktekkan materi yang di dapat. 

Tips buat yang mengikuti kelas online:

1. Setiap ada materi langsung di praktekkan
Jangan tunggu nanti saja. Harus cepat selesaikan. Kecuali memang ada kendala misalnya  lagi banyak urusan di luaran atau kadang kayak umur aku suka datang puyengnya hahaha

2. Jangan menunggu nanti, karena momen keinginan belajar bisa melempem. Apalagi sudah terganggu dengan situasi di rumah.
Seperti aku nih kalau sudah mandek, enggak bisa mikir. Ganti deh layar notebook ke film mandarin. Ga satu film tapi berseri. Apalagi kalau serinya sudah tamat. Bisa tuh dikejar sampai tamat.

3. Jangan malu bertanya.
Setiap kesulitan biasanya aku screenshot. Tanya lebih detil.

4. Belajar aplikasi penunjang Blog.
Untungnya aku sudah menguasai aplikasi gambar sperti canva. Karena setiap mwnulis naskah kadang ingin di visualisasikan.

5. Trial and error 
Kadang enggak ngerti linknya. Bongkar pasang terus sampai dapat. Biasanya telepon genggam aku pakai. Karena hisa membantu. Misalnya untuk pemilihan warna blog di notebook berbeda hasilnya kalau di layar telepon genggam.

6. Jangan malu. Boleh dong melihat blog teman. Hanya sebagai perbandingan. Yang bagus boleh ditiru. Yang kurang jangan diikuti.

7. Jangan cepat pernah puas dengan hasil yang ada.
Mencoba terus. Sampai di hati rasa puas. Walaupun rasa puas itu relatif ya buat setiap orang berbeda.

8. Stop kalau sudah tidak ada lagi yang perlu dirubah. Kadang kalau keterusan. Pekerjaan yang sudah jadi bisa hilang. Kembali ke awal mula. Kalau sudah begini. Menjeritlah hahaha..

Menampilkan sebuah blog yang cantik memang butuh usaha yang keras. Pujian dari mba Wuri Setiasih Mentorku di Bukuin yang juga founder Meta Aksara. Aih pagi-pagi disanjung. Rasanya usaha yang dilakukan tidak sia-sia jadinya. Pagi nyubuh paling enak untuk belajar. Asal jam bangun harus pas saja. Kalau kepagian bisa diprotes sama hubby

Belajar enggak mungkin berhenti sampai sini, masih banyak aplikasi lain yang perlu diulik.
Semoga selalu sehat untuk mengejar ketinggalan dan waktu yang sudah dibuang percuma. Sehingga umur setengah abad lebih baru mengenal dunia lain.

Sukses untuk para mentorku
Terima kasih.

Audy Jo.

Klik 👉👉 All about Me





Share:

Keluar Dari Tempurung. Dari Murid Menjadi Mentor (Versi ebook)






Di bulan November ini, rasanya energi cepat habis. Semua mau dikerjakan. Buat jadwal kadang missed juga.

Awal menjadi seorang mentor. Masih meraba-raba. Pasarnya bagaimana? Maunya bagaimana. Perasaan bercampur aduk, bisa enggak yaa?

Sejak 2018 sudah mulai menulis di Blog. Ingin lebih rapih lagi dalam menulis. Meninggalkan kesan hitam di atas putih. 

Melihat teman disatu grup kosmetik online, kok Dia sering bikin buku, ya? Bagaimana caranya?Pertanyaan yang sering dipikirkan. Tapi sering terlupakan. 

Enggak tahu, bagaimana caranya bisa masuk grup online tempat ibu doyan bisnis. Ikut terjun saja, walaupun tidak mengerti. 

Namanya juga ibu rumah tangga yang ingin menghasilkan sesuatu. Mulai jualan ciput, handsock, dan bros.

Sampai akhirnya teman grup kosmetik online, tiba-tiba mengiklankan hasil tulisannya menjadi sebuah buku. Rasanya di dada seperti ada yang mendorong untuk ikut melakukannya.

Yang tadinya pasif di grup ibu doyan bisnis, sekarang sering memperhatikan apakah ada informasi tentang cara menulis dan menjadi buku. 

Ahh ..., ketemu grup para penulis.

Akhirnya, mengikuti kelas online belajar menulis dan menjadi buku. Jadilah buku pertama, kedua , ketiga Antologi cerpen bersama teman penulis.

Rasanya hati ini seperti bertemu kesenangannya.

Mulailah merambah dunia penulisan. Apalagi di bulan maret 2020 terjadi pandemi yang mengharuskan umat manusia berdiam diri di dalam rumah. 
Kesempatan untuk melakukan sesuatu secara online terbuka lebar. Rasanya haus akan sesuatu yang baru.

Belajar menulis nonfiksi, fiksi, terus menerus menggali talenta yang terpendam. Menggoreskan puisi, quote rasa rindu, cinta yang diluapkan di lembaran kertas putih.

Terus belajar dari penulisan buku fisik menjadi buku digital. 

Rasanya dunia terus berputar di bidang penulisan ini. 22 buku digital dan masih ada lagi yang sedang dalam proses untuk menjadi buku digital atau E-Book.

Meningkatkan bakat di diri mengikuti pelatihan secara online. Kelas blog, kelas photography, kelas animasi. Semua yang berkaitan dengan Penulisan. Belajar melalui internet ataupun you tube.

Ingin lebih dikenal sebagai penulis yang bukan biasa saja. Ambil lomba penulisan Nasional. 

Masuk 50 besar buku pertama fiksi Benito, Rindu Semilir Di Pastel Town. Rasa bangga di dada. Buku paling top di hati. Menjadi Juara Harapan ke 2 dengan judul Naskah Gowes Pedal. Memantapkan diri menjadi seorang penulis plus.

Tanpa sengaja mengikuti kelas zoom tiap pagi di kelas penulisan. Hanya iseng saja sebetulnya. 
Tiba-tiba ada pertanyaan dari mentorku tentang perjalanan penulisanku, tanpa sadar, aku membicarakan tentang penulisan E-Bookku. Menjadi momen pertama kali di dalam hidupku. Aku ditunjuk menjadi mentor kelas E-Book. Terperangah, terkejut ditunjuk menjadi mentor. 

Perjalanan panjang dari seorang ibu rumah tangga menjadi seorang mentor. Disyukuri selalu berkat yang datang di dalam kehidupanku.

Pelajaran yang bisa di ambil dari kehidupanku:

1. Harus berani mengambil keputusan, apa yang akan dilakukan.
2. Mempunyai time schedule, yang harus diikuti. Karena kalau tidak, kebanyakan habis waktu untuk menonton Drakor
3. Mencoba terus hal yang baru.
4. Jangan malu bertanya
5. Selalu rendah hati.
6. Jangan takut salah.
7. Kamu pasti bisa. Karena semua orang yang sukses sudah melalui tahap kegagalan juga.
8. Yang terpenting sertakan Tuhan dalam setiap kegiatan.

Semangat ....
Salam literasi
Audy Jo.
1 Des 2020


Klik 👉👉 All about Me















Share:

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement