Menu

 

Panik!

 


𝕶𝖎𝖙𝖆 𝖕𝖊𝖗𝖑𝖚 𝖔𝖗𝖆𝖓𝖌-𝖔𝖗𝖆𝖓𝖌 𝖉𝖎 𝖘𝖊𝖐𝖊𝖑𝖎𝖑𝖎𝖓𝖌 𝖐𝖎𝖙𝖆, 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖒𝖊𝖓𝖉𝖚𝖐𝖚𝖓𝖌 𝖉𝖊𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖈𝖎𝖓𝖙𝖆 𝖐𝖆𝖘𝖎𝖍. ~𝕬𝖚𝖉𝖞 𝕵𝖔 

 


Goncangan Menimbulkan Kepanikan  


Ceritadiri.com ~ Panik? Siapa yang enggak panik!

Baru pertama kali seperti ini.

Saya paling tidak suka, kalau masuk ke dalam situasi seperti sekarang.

Peristiwa Jelek Selalu Muncul

Berkecamuk pikiran yang aneh-aneh. Mulai dari mengingat peristiwa teman yang ditinggalkan. Ada juga yang mendadak, tanpa persiapan.

Memutar otak, apa yang harus dilakukan. Bagaimana meredakan kepanikkan.

Melihat pasangan kita juga, yang terus berdoa memberikan kekuatan.

Gantian saya dan hubby memeluk "bayi" kecil kami. Memberikan kehangatan. Mengusap apa yang bisa kami usap. Sekuat tenaga memberikan usapan kehangatan.

Air mata rasanya seperti mau jatuh membanjiri permukaan wajah. Aku harus kuat! Pikiranku menentang apa yang akan aku pikirkan, stop jangan berpikiran macam-macam. Tiba-tiba ada rasa kemarahan muncul. Stop!

Bersyukur untuk hubby yang mengerti dan punya sayang yang luar biasa untuk saya dan anak-anak. Karena sayangnya membuat kami manja dan lemah, sehingga selalu bergantung kepadanya. 

Sesudah Tenang Badai Datang Lagi

Kemaren lusa dimulai sore hari, rasa demam sudah mulai muncul. Tidak pernah ada pikiran semua itu akan menjadi berat dan tidak tepat. 

Kemaren siang juga sudah mulai reda, ah sudah mulai seperti biasa cerewet.  

Malam menjelang masuk peraduan, " Ma, Pa!" Hubby langsung loncat dari atas tempat tidur lari ke kamar sebelah. "Ma! " Teriakkan kepanikkan diserukan oleh hubby.

Entahlah, kenapa hari ini mata terasa berat. Pukul 8.30 sudah naik peraduan. Ada keajaiban pertama yang Tuhan berikan. Mata yang begitu berat tertidur bisa dipulihkan ketika bangun secara mendadak. Ada kekuatan baru ketika bangun.

Bergantian memeluk "bayi"kecil kami yang mengigil kedinginan, wajah dan bibir seperti membiru. 

Oh, Tuhan apa yang terjadi, ampuni kami. 

Minta ampun setiap kesalahan yang pernah terjadi. Padahal sebelum naik peraduan, kami berempat baru memuji dan menyembah dengan ucapan syukur untuk keadaan yang kami hadapi. Setiap doa yang terpenting hanya kesehatan yang kami butuhkan.

Mencari pertolongan pertama dengan menghubungi saudara sepupu yang dokter, tidak ada jawaban. Kami berpikir tentulah waktu seperti ini sudah pada tidur. Yang memang barusan hari ini dapat konfirmasi beliau sudah tidur dan telepon genggam ditaruh di ruang kerjanya. Sambil mengucapkan maaf untuk tidak mengangkat HP. Tidak masalah buat saya, karena situasi yang ada dan kepanikkan yang melanda, semua orang tua juga pasti mencari cara yang tercepat. 

Yang membuat kami sebagai orang tua gemetaran juga karena tidak ada mobil yang standby di rumah. Mobil yang biasa ada hanya mobil adik saya. Tetapi hari ini lat pulang dari tempat kerja. Di telepon berdering tanpa jawaban, rupanya juga karena batere habis dan belum diisi ulang.

Hanya Tuhan Yang Menyediakan

Tuhan masih sayang kepada saya dan keluarga. Hari ini ada temen  keponakkan saya yang datang. Kok bisa, mereka masih ngobrol di teras depan rumah.

Pertolongan pertama sudah dapat, dan mau membawa kami ke Unit Gawat Darurat.

Terlihat ada kekuatan muncul tiba-tiba dari dalam tubuh hubby bisa mengalahkan kepanikkan. Mengangkat "baby" kecil, dan menggendong turun dari kamar atas, setapak demi setapak menuruni anak tangga.

Usapan kehangatan yang sebelumnya saya dan hubby berikan secara gantian juga dilakukan oleh kakaknya si "bayi" kecil. Heeem apa dilakukannya ya? Karena kalau sudah siap tidur, susah mau disuruh pegang barang lain.

Tahu sendirikan ketika kepanikkan melanda, masker yang dipakai bisa terbalik

Saya tidak mau karena kepanikan, kelalaian pun terjadi dan banyak barang penting tertinggal!

Menjinjing dua baju jaket, sepatu beserta kaus kakinya, juga masker yang masih tersisa, saya persiapkan barang yang diperlukan.



Ketenangan mulai muncul menggantikan kepanikkan yang terjadi ketika semua sudah ditangani dokter yang standby di ruang UGD.

Ada beberapa syarat sebagai orang tua, saya harus mengisi dokumen yang ada di meja konter. Surat diperlukan untuk data-data yang sakit.

"Tidak apa-apa, Pak, Buk! Hanya ada bakteri. Tidak usah panik, tidak berbahaya." Kelegaan terpancar di raut wajah setelah hasil laboratorium keluar. "Memang kalau mengigil hebat biasanya setelah itu ada demam yang akan timbul."

Bersyukur.



Hanya ingin "mencicipi" kasur khas UGD rumah sakit yamg ternyata cukup untuk dua kali makan dengan lembar biru, plus ditambah harga dua liter minyak. Belum termasuk biaya obat yang dibawa pulang. 

Bersyukur untuk "orang-orang" yang ada di sekitar kita yang care.




Rasa Ingin Diperhatikan Muncul

Di tengah kegelisahan dan kepanikkan, yang namanya perempuan tetap muncul naluri ingin diperhatikan. "Duh Mama rasanya berantakkan deh rambutnya." Sambil mematut diri di telepon genggam dan selfie. "Bayi" kecil pun, ingin melihat wajahnya. Dengan pose tutup mata ... bikin tertawa geli saja, klik tampilan pun muncul di galeri, lol.

Jadi kalau dibilang ada foto kenang-kenangan yaaa , ketika suasana sudah mulai kembali normal dan menunggu hubby mengambil obat. 




'nd

Merawat diri sebelum tidur. "Si" bayi kecil pun, akhirnya mau tidur dengan saya. Berjaga kalau datang lagi keadaan darurat. Belum berani melepasnya tidur sendiri.

Sampai saat ini ketika sedang ditulis, keadaan sudah mulai terkendali. Meskipun saya dan hubby mengalami kondisi yang lemas seperti habis tenaga. Di umur seperti ini rasanya kelelahan cepat melanda. Hanya kekuatan dari Tuhan saja yang bisa menguatkan. Kami berdua bersyukur untuk goncangan menimbulkan kepanikkan yang sudah Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan keluarga kecil kami.

Semoga kepanikkan tidak lagi terjadi untuk kedua kalinya. Apalagi untuk orang tersayang kita semua.

Selalu sehat yaa buat anak-anak.





Love, Audy


Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement