Ngadegdeg Vaksinasi Lanjutan

 




Sekarang sih sudah enggak terlalu heboh seperti awal vaksinasi pertama. Barangkali sudah bercampur dengan roda kehidupan.

Semua sudah menganggap sudah seharusnya. Memang sih banyak virus di luar sana. Tetapi kalau menjaga prokes pasti bisa dihindari. 

Mencoba Menghindar dari Vaksinasi

Sudah beberapa bulan pemberitahuan vaksinasi ketiga diberitahukan. Iya, vaksinasi Booster. Ada yang bilang enggak usah. Kayaknya biasa saja. Apalagi dengan kondisi saya, ada yang bilang enggak usah.

Mencoba menasehati diri sendiri. Kayaknya sehat kok enggak divaksin. 

Sudah dengar selentingan san sani, bikin deg degkan juga. 

Banyak pertimbangan mulai "berseliweran" di kepala. Maju mundur.

Sebelum Vaksinasi Mustinya dicubit dulu Kulitnya

Pada saat tulisan ini dibuat, saya habis vaksin tadi pagi. Masih terasa nyeri di lengan kiri atas. Entahlah apa memang begitu. saya rasa karena saya kurang cubit sebelum di vaksin tadi.

Iya, betul dicubit dipukul hahaha. Pengalaman saya sewaktu vaksinasi pertama, saya cubit-cubit, pukul-pukul sehingga merasa ada rasa panas di lengan atas. Anggapan saya kalau panas di lengan sudah pasti peredaran darah lancar.  Sehingga ketika di suntik tidak terlalu sakit karena  sudah lancar peredaran darahnya.


Kesiapan Menerima Vaksinasi Yang Belum Siap

Bangun pagi hari ini enggak merasa gimana gitu. 

Mendadak ncus. Padahal sudah prepare. Lupa Minggu lalu sudah dibicarakan kalau Jumat ini di vaksinasi. Tetapi, untung lupa jadi perasaan ngadegdeg enggak datang dari pagi hari. Tetap saja, sewaktu si lokasi kok langsung deg-degkan

"Kan sudah yang pernah!" Sudah sih, tetapi tetap saja.

Ncus,  sakit ya, cek dulu Gula darahnya, cukup tett. Tensi bagus.

"Silahkan masuk."

"Kok kaki jadi lemes?" Semangat ... semangat.

Baca juga : Akhirnya ... Vaksinasi Pertama


Mulai deh. Kebiasaan Lebay Keluar. 

Kebiasaan sebelum vaksinasi suka minta perhatian sama Suster. Ngadu, kurang tidurlah, hehehe salah siapa kata Hubby. 

Beruntung ketemu Suster yang baik, mau diajak ngobrol. Padahalkan bikin lama di ruangan hahaha. Maklum biar tenang dulu. Mulai deh, drama china diumbar. "Saya lagi nonton ini, Sust!"

Baca juga: Love Like The Galaxy

"Sust mampir ke Blog aku, yaaaCeritadiri.com. Tinggal cari di Google ada kok!" Kebiasaan yang diulang-ulang kalau bertemu orang baru. Wajib hukumnya. Lol.

Akhirnya, keluar ajakan untuk disuntik. Masuk momen yang sedikit menakutkan.

"Sinovac ya, Bu?!" 

"Ada efeknya, Sus?" 

"Paling ngantuk atau lapar, Bu."

"Tapi, saya ada tett ... gimana makannya, Sust?" 

"Yang biasa saja, Bu. Apa biasanya?"

"Apel, Sus." 

"Nah, bisa juga." 

"Oh, iya telur rebus, yang putihnya." 

"Ya, betul, Bu! Tahan, dan relax ya, biar enggak sakit, Bu. Harus relax."

"Ihh!"

Baca juga: Vaksinasi atau Enggak Vaksinasi


'nd

Setelah mengucapkan terima kasih seperti biasa saya keluar dari ruangan kecil tempat vaksinasi. Giliran Hubby untuk masuk. Puji Tuhan semua pemeriksaan hasilnya bagus.

Menunggu selama sepuluh menit setelah vaksinasi, di pelataran Puskesmas, kok rasanya ada yang ganjel di hati, di perut. Rasa ketakutan mulai muncul. 

Buka masker sebentar menghirup udara lepas. Merasa ada tekanan di dada. Entahlah apa ketakutan yang tiba-tiba muncul seperti ingin cepat berganti waktu, melewati hari ini atau karena efek vaksinasi tadi.

Kalau mules di perut, seperti biasa ini sudah panggilan alam. 

Terus berdoa untuk ketidaknyamanan di dalam hati. 

"Cantik, Mama." Bisa-bisanya Hubby memuji barangkali ingin mengalihkan perhatian karena ketakutan yang terjadi sehabis di vaksinsi. Kebiasaan menggombalnya muncul, tapi saya suka hehehe.

Setelah lewat dari sepuluh menit terakhir vaksinasi, saya mengajak Hubby pulang saja. Rasanya pengin makan pizza. Ada enggak yang mau kirim, ya. Hehehe. Semangat, Audrey, kamu bisa.



Love, Audy 

@cuapcuapakoe


Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement