Menu

 

Anak vs Pornografi

 



TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. 



Hemmm, desahan panjang mau menulis yang rasanya tabu buat saya. Dan sampai sekarang masih menduga-duga, apakah formula yang saya terapkan sudah tepat.

***

   Baca juga

Enggak usah terlalu jauh deh, lihat diri sendiri aja dulu. Zaman sekarang dan dulu enggak jauh beda. Bedanya hanya kecepatan bertemu saja.

Pornografi sudah ada dari dulu, zaman saya memang banyak kaset video yang tersedia dan musti dicari di toko kaset video dengan diam-diam. Walaupun ada juga "berbau sedikit" di pajangan. Zaman sekarang  sekelip mata sudah terbuka.

   Baca juga

Terus mau 24 jam sebagai "anjing penjaga". Saya menyerah! Bukan "que sera-sera, it will be, will be" yaaa. Hehehe kok malah jadi nyanyi!

Tetap ada peraturan yang dikeluarkan untuk anak-anak. 

Kembali lagi penekanan kepada dosa yang akan terjadi jika melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.

"Mama tidak bisa melihat apa yang kalian lakukan, tetapi ada Allah di atas yang akan melihat!"

Ancaman?

Sedikitlah!

Mengeluarkan nasehat terlalu banyak, anak sekarang mendengarnya masuk kuping kiri, keluar kuping kanan. 

Masih beruntung ananda kecil, emailnya nebeng sama saya, jadi kalau ada perubahan atau histori bisa dicek. 

Tetap penjagaan ketat ala mamak dilakukan. Saya sebut "Kontrol mata-mata".  Berpura pandangan ke depan, tetapi tangan bergerak secepat kilat. Kadang berpura pinjam sebentar, cek histori. Ataupun sambil ngobrol sewaktu mereka bermain gadget, mata melirik. Begitulah hebatnya, kalau perempuan sudah jadi penyidik, Lol.

   Baca juga

Sampai saat ini semua baik-baik saja. Karena Mama sambil ngobrol sama anak-anak, lirik kiri-kanan tetap dilakukan.



Love, Audy

Share:

Terus Buat Konten

 


Audy Jo

Menitikan air mata, ya sudah biasa. Apalagi, kalau intensitas kesakitan lebih tinggi.
Share:

Usap Berhadiah, Semoga







Perlu enggak sih belajar photography?
Tergantung juga, kalau senang ya perlu.

Banyak les online yang bisa diikuti.
Belajar basic saja dulu.

Kadang sebagai perempuan ada saja yang dipikirkan. Enggak mungkin larinya ke nonton drakor terus kan?

Pernah seperti itu, akhirnya seperti full capacity rasanya mau muntah, malah jadi lebih jengkel karena ikutan marah sama pemain utamanya hahaha.

Jadi, akhirnya ikutan deh les online.

Melatih kesabaran juga loh! 

Sambil berlatih kesabaran siapa tahu dapat cuan hehehe.

"Yuk ikutan Challenge photo di Instagram!" Begitu kira-kira pengumuman di grup photo. 

Pakai saja pelajaran di kelas photo edisi satu dan dua, saran dari coach photo mengingatkan kalau mau dibuat dramatic.

Beberapa hari sudah lewat. Rasanya hati ini berat. Photo jagoan malah sudah dipakai buat latihan. Mencari photo yang pas ga ketemu. Akhirnya nyerah. 

Males ah!

Sambil melihat photo stock ketemu photo ciri khas kota Bandung. Flyover  Pasopati, dikutak-katik malah jadi jelek. Ampun rasanya nyerah deh.

Maju mundur ambil keputusan. Coba lagi cari. Ketemu akhirnya, Bisnis Loof, gedung perkantoran distrik BSD. 

Dicoba lagi!

Yes, bisa! Entahlah berapa kali mengusap photo. Hampir putus asa juga rasanya mau begini malah jadinya begitu. 

Kalau sudah mepet waktunya, malah suka jadi konsentrasi mau cepat selesai dan juga bagus.

Ngapain sih seperti ga ada kerjaan? Namanya juga suka, apa saja mau dilakukan, benar enggak?

Semoga edit dramatic photo sesuai dengan kriteria hehehe.






Hobi Sist Apa? Cobain yuk, siapa tahu ada yang beli Photonya.

Sudah ikut les online apa bulan ini?


Love, Audy

Share:

Godaan Flyer Promo




"Kenapa ya kalau belanja di Supermarket rasanya lebih banyak uang keluar? Harganya dihitung duakali barangkali."

Membeli kenyamanan, kalau saya bilang. Semua sudah diatur rapih, tinggal mencari produk yang diinginkan.

Pemilihan ayam juga musti berhati-hati, karena tergantung timbangan. 

Kalau dari jauh kadang harga promo bikin magnet banget. Bisa langsung pesan ayam yang di promokan. Ternyata ... harga promo itu, dengan timbangan misalnya kurang dari satu kilogram. Kadang 900 gram. Nah, kalau ibu rumah tangga yang kalap sudah pasti ga perhatikan.

Ini pernah terjadi juga pada saya. 

Ketika masuk supermarket, kaget melihat flyer besar tulisan promo buru-buru mendatangi stand ayam. 

Untungnya dibaca ulang promo itu. Ternyata harga ayam dengan timbangan tidak sampai satu kilogram. 

"Pernah enggak kejebak seperti itu?"

... akhirnya, ya sudah beli juga hehehe.

Sambil pergi meninggalkan stand ayam, ada beberapa ibu-ibu yang berbisik harga ayam murah. 

Saya kasihan juga.

"Coba deh perhatikan gramnya, Bu!" 

Akhirnya, enggak tahan memberitahukan kesalahan yang saya alami tadi.

Merusak pasaran kalau begini hehehe. Untung, enggak kedengaran sama petugas di bagian stand ayam.

Belanja di bulan puasa begini, saya pikir tidak terlalu ramai. Ternyata, dugaan saya salah. 

OMG penuh sesak di waktu mau berbuka puasa. 

Saya pikir, oh mau berbuka yaa. Tetapi, salah lagi. Semua sudah pada berbuka sebelum waktunya.

Jadi? Dimana yang berpuasa. 

Semoga pemandangan yang saya lihat hanya satu saat itu saja yaaa.

Entahlah, kadang jadi takjub!

"Bagaimana, masih kuat menahan lapar dan haus?"


Love, Audy

Share:

Memoar Three About Me



Ausie
3 Agustus 1991.
Go to Blue Mt, Katoomba, NSW.
Share:

Semua Ada di Ujung Jari



Teman Yang Kepo

"Mama, ini temen tahu tentang Kakak!" seruan Ananda. Mama kaget juga, jadi kepo deh nyamperin.

"Apa, Kak? tanya saya. Kok temennya tahu? Darimana? Coba tanya?" Bertubi-tubi pertanyaan saya.

"Cari nama Timmy di Google langsung keluar, ada di Web Mama katanya." 

Pas saya lihat screenshot dari temannya,  memang langsung keluar di google. Ihh keren juga hahaha.

Buat teman ananda Attila Timothy Nataprawira, terima kasih yaa sudah baca ceritadiri.com. jangan lupa dikasih ulasan di komen. Biar tante tahu ulasannya bagaimana. 

... Hehehehe, cie tante nich! 


Remaja dan Dewasa

Seru kalau punya anak remaja eh kayaknya sudah dewasa yaa. Kan sudah punya KTP hehehe.

Jadi ngobrolin ananda yang paling besar. 

Dari kecil, sama mamanya sudah dicekokin kalau mau kuliah masuk jurusan Dokter atau Arsitektur yaa. 

Akhirnya, masuk juga Arsitektur Maranatha. 

Jadi Dokter lumayan juga biayanya. 

Lagian Papanya lulusan Arsitektur, ya gampang dong ditanya kalau ada PR. 

Bener juga, tuh! Setiap ada tugas pasti tanya Papanya. Hehehe.

Banyak deh cerita perjalanan kuliah diceritakan ke Papa dan Mama. Sampai teman ga bisa buat PR pun ada. 

Mama yang suka lihat ada kesempatan langsung saja kasih ide. 

"Buka les saja, Pa! Buat teman Timmy." Ayoo teman Attila kalau mau less hubungi yaaa.


Cuap-cuap Akoe, Sesuai Standar?

Setelah tahu temannya bisa masuk ke Web Blog, saya jadi berpikir ulang. 

Apakah yang saya tulis tidak menjelekkan anak saya ya? Perasaan sih tidak. Hanya seorang ibu bercerita tentang a kesayangannya saja. 

Semua yang ditulis tidak pernah menjelekkan keluarga. Prinsip saya hanya satu. Menceritakan kejelekkan keluarga, sama saja menjelekkan diri sendiri.

Musti dicek ulang semua tulisan saya di ceritadiri.com, takut ada yang kurang berkenan.


Pic. Audy Jo Kelas KaLBOO


Rasanya jadi semangat buat konten cerita. Tetapi dengan pilihan cerita yang tidak menjelekkan nama ananda. 

Hati-hati Dengan Digital Zaman Ini

Ternyata yaaa, anak sekarang cepat banget mencari seseorang, hanya tinggal tulis nama di "om" Google.

Hemmm nyari mantan bisa juga. Halah! Ga ada kerjaan. Sudah dapat paling best dah!

Eh, kecuali apa dia korek-korek cerita lama dia. Ish! Awas ya!


Love, Audy



Share:

Ke Depan





Seperti halnya orang yang berjalan. 


Wajah atau muka harus menghadap ke depan. Enggak mungkin berjalan ke depan wajah melihat kebelakang.


Begitupun saat kita merencanakan sesuatu, semuanya untuk target ke masa depan benar?


Sudah buat Target?


Yang penting buat dahulu setelah itu banyak berdoa. Percuma buat target tetapi enggak minta bantuan sama yang punya hasil akhir.

Share:

Samar-samar Tingkatan Tetap Ada






Arogansi Tetap Ada

Enggak waktu masih jaya saja, sudah pensiun arogansi itu kadang masih terlihat.

Apakah aku juga seperti itu?

Entahlah, tergantung siapa yang melihat.

Enggak munafik sih, yang namanya tingkatan di masyarakat itu tetap ada, walaupun terlihat secara samar-samar. Kecuali memang masih dinas dalam pekerjaan.  Struktur tingkatan masih berlaku. 

Karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah biasa. Apalagi cara penghormatan terhadap yang lebih tua. Kepala harus selalu menunduk sedikit ke bawah. Enggak bisa tengadah kalau berbicara, entar dikira mau ngajak berantem.

Kebiasaan  Baik Harus Dimulai  

Kebiasaan menghormati sudah menjadi kebiasaan yang biasa di Jepang. 

Setiap anak-anak harus berbicara dengan menundukkan kepala, sedangkan di Indonesia berjabat tangan saja sudah cukup

Ojigi merupakan salah satu budaya masyarakat Jepang untuk memberikan salam sekaligus rasa hormat kepada orang lain. 
Biasanya masyarakat Jepang melakukan Ojigi dengan cara membungkukkan badan yang menandakan rasa hormat terhadap orang lain atau lawan bicara.

Walaupun, dengan perbedaan masing-masing, tetapi dengan satu tujuan untuk menghormati orang lain.

Setiap negara memang berbeda cara memberikan rasa hormat. 

Tetapi memang tidak salah juga kita bisa memperaktekkan kesopanan dari negara lain di dalam masyarakat. 

Apalagi di masa Pandemi seperti ini, cara sopan santun ala Jepang lebih banyak dipakai. 

Yang biasanya bertemu kerabat yang lebih tua mencium tangan, sekarang dengan jarak satu meter hanya menundukkan kepala kadangkala sambil menempelkan tangan di dada.

Susah juga kalau tanpa kesadaran bersama masih tetap memeluk dan mencium, karena sudah menjadi kebiasaan bertemu antar keluarga seperti itu. 

Eits,  sebetulnya itu kebiasaan budaya barat ya cipika cipiki. Selama, yang di cipika cipiki mau menerima ga masalah. Ya iyalah ... yang muda pasti takut menolak. Jadi, yang lebih tua haruslah bijaksana juga.

Pembelajaran yang didapat setiap adat istiadat, atau kebiasaan tidak bisa semuanya diikuti. Disesuaikan seja dengan diri sendiri, dan juga lihat lingkunganapakah bisa menerima kebiasaan lain. Apalagi "rasa kebarat-baratan."





Love, Audy 


Reff

Share:

Perempuan Berdaya





Akhirnya, dari perbincangan gambar produk bisa ditempel ke Blog masakan.

Takjub loh, melihat sesama perempuan yang hebat dan bisa menghidupi keluarganya.
Share:

Tuaian Baik



Perempuan yang berhasil tidak dilihat dari jagonya dia berjualan atau dari berapa banyak uang yang dapat dihasilkan.

Tetapi Perempuan yang bisa disebut berhasil kala seluruh keluarganya bisa diurus dengan baik. Anak-anak berhasil di dalam perjalanan kehidupan mereka.

Tetapkan langkah untuk masa depan, mulai dari sekarang untuk tuaian nanti.

~ Audy Jo




 

Share:

AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement