Menu
Perbedaan Itu Ada Walaupun Tidak Terlihat
Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.
Bertahan ... tetapi kalau ada perlakuan yang tidak adil ngapain juga dipertahankan.
Walaupun institusi sepertinya keren tetapi di dalamnya tidak mengenal kesopanan dalam hirarki ya sudahlah memang belum jodohnya.
***
Melewati sosialisasi seperti training sudah biasa, tetapi kalau ada perlakuan yang berbeda itu tidak biasa.
Memang sudah pilihan sendiri hanya mengambil lulusan D3 pada jaman itu, dengan harapan cepat kerja. Enggak berpikiran neko-neko yang penting cepat selesai kuliah dan empat adik juga bisa sekolah.
Berpikiran positif sih, tapi kalau ada perbedaan di depan mata bagaimana? Lebelnya sih Sekretaris Direktur, tapi perlakuan sejak mulai training seperti tidak terlihat.
Apa karena pendidikan yang rendah?
Mencoba bertahan, daripada terbuang sia-sia beberapa tahun pengalaman kerja untuk melengkapi ketrampilan sebagai sekretaris yang baik. Akhirnya tak tertahankan karena tugas sebagai sekretaris menjadi cleaning service isi lemari file.
Lah! memang ada cakupan kerja juga membereskan file. Eits ... membereskan dan membersihkan beda tipis hahaha.
Menyesal yess .... Ada rasa sesal di hati karena meninggalkan pekerjaan yang paling disuka hanya karena ingin mempunyai momongan. Yang ternyata setelah meninggalkan pekerjaan itu masih menunggu lama untuk mendapatkan momongan.
Pekerjaan sebagai Sekretaris General Manager sebuah Hotel bintang 3 sangat mengesankan. Walaupun dengan label itu pekerjaan yang dilakukan hampir seperti "ibu rumah tangga yang mengurus rumah yang besar dengan banyak kamar dan anak banyak".
Tapi Aku suka.
Mulai dari awal kedatangan ketempat kerja untuk absensi. Melihat sekeliling "rumah", menerima laporan untuk diberikan ke atasan nanti sewaktu briefing.
Sesuailah kerjaan sebagai sekretaris, merangkap semua urusan administrasi, keuangan, "urusan dapur" untuk restoran dan sebagai alarm untuk atasan "Pak GM" yang tidur di salah satu kamar Hotel yang sudah dianggap "rumah sendiri".
Nah! Yang begini nih. Kalimat di atas diberikan garis merah bukan dalam arti negatif ya. Karena pak GM sangat baik hati. Kalau dilihat dari tugas sebagai sekretaris mustinya enggak sampai sebegitunya. Begitulah kalau belum punya isteri alias singleman perlu orang lain membangunkan. Eits ... banyak kok yang membangunkannya.
Hihihi senyum ... senyum dikit.
Setiap pekerjaan yang tidak sesuai dengan job desk tidak masalah buat orang seperti aku. Semua dengan senang hati dilakukan karena bisa menambah tulisan di kolom pengalaman curiculum vitae.
Yang terutama di hati tak tersakiti karena ada perbedaan dalam latar belakang pendidikan.
Love, Audy
Ceritadiri.com
Kebiasaan Bertanya dan Bercerita
"Ma diundang masuk grup telegram." Seru anak yang sulung.
"Enggak apa-apa. Masuk saja bergabung. Sekalian kenalan yaa! Perkenalkan diri."
"Enggak ah malu."
Belum apa-apa sudah berpikiran negatif nih putra sulungku. Walaupun akhirnya menginstal aplikasi telegram dan masuk dalam grup Fakultas Seni rupa dan Design, Jurusan Arsitektur.
"Banyak ceweknya, Ma!"
Hahaha sedikit geli juga. Segala sesuatu dilaporkan. Bersyukur untuk anak-anakku sampai sekarang masih mau bercerita untuk apa yang mereka alami.
Bangga tentu ada dalam hati karena merasa apa yang diajarkan atau didikan sebagai orang tua berhasil. Sesuai dengan yang diinginkan. Maksudnya anak-anak menjadi lebih baik.
Kadangkala ada orang tua yang perlu bertanya ke anaknya. "Apa yang kamu lakukan" tapi tidak ada jawaban. Kadangkala musti dipaksa.
Pernah enggak mengalami seperti itu?
Memang awalnya tidak mudah. Kan aku belum pernah jadi orang tua apalagi menjadi seorang mama. Trial and error sering terjadi. Mencoba mencari formula yang pas untuk mendidik anak. Apalagi dengan perbedaan keinginan dengan papanya anak-anak. Sebagai mama kepengen anaknya tangguh, dilain sisi sang papa sangat memanjakan anak-anak.
Menurut penelitian kalau kedua orang tuanya saling bertolak belakang akan membuat sifat anak menjadi plin plan alias susah mengambil keputusan. Harus menunggu perintah selalu.
Sebagai orang tua yang tadinya berbeda, akhirnya mengambil kesepakatan. Adakalanya ada waktu tegas, lain waktu memanjakan.
Ah coba pakai "sepatu aku".
Gimana ada yang sama dengan aku dalam mendidik anak-anak?
Kembali lagi cerita tentang anak-anak yang senang bercerita kepada orang tuanya. Kalau dilihat cara pengasuhan aku dan suami memang sering bercerita kepada anak-anak. Apa saja kegiatan yang kami lakukan. Apalagi suami kalau pulang kerja sudah pasti kalimat utama yang sering ditanyakan "hari ini pada ngapain?" Kalimat pertama sejak masuk pintu rumah. Anak-anak sudah hapal pertanyaan papanya.
Begitulah kekuatan kalimat yang sering ditanyakan sang papa kepada anak-anak. Mau enggak mau mereka akan bercerita dan papanya juga akan bercerita apa yang dilakukannya hari ini.
Tidak sebentar juga untuk menciptakan atmosfir tanya jawab di antar kami sekeluarga.
Terus saja bercerita, bertanya. Mulai dari kita sebagai orang tua mendekat kepada anak dengan bercerita tentang kegiatan yang kita lakukan.
Kadang berpikir "apa nanti kalau mereka besar sudah tidak mau bercerita." Semoga enggak terjadi yaa ... mereka tetap akrab dengan kami sebagai orang tua.
Love, Audy
Mengguncangkan Diri Lebih Keras
"Duh!"
Kalimat yang sering dikeluhkan setiap mau jalan pagi.
Sudah beberapa bulan tinggal di
Bandung. Kembali ke rumah orang tua. Ceritanya mau menghabiskan masa pensiun suami juga membawa anak sulung berkuliah di Bandung.
Bersyukur setiap bangun pagi. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan beri. Berusaha untuk menjaga badan supaya tetap sehat. Ayo olah raga.
Memang sih sebelum di Bandung, olah raga juga sudah dilakukan di BSD. Lingkungan lebih mendukung dekat dengan taman. Ah ... jadi rindu.
Jalanan yang dilalui datar tidak seperti sekarang ini. Jalannya naik turun. Enggak bisa menolak dong hehehe namanya juga dibilang perumahan Bukit Ligar.
Semua "medan" harus dilalui, belajar lagi untuk mengenal jalan yang dilalui. Diibaratkan seperti anak bayi yang mulai bisa berjalan. Tertatih-tatih.
Satu hari, dua hari dengan nafas yang "oh Tuhan berikan kekuatan untukku dan suamiku." Sepertinya setiap nafas menyebut nama Yang Kuasa untuk pertolongan-Nya.
Memupuk semangat diri tidak mudah. Pernah enggak kamu alami seperti yang aku lakukan?
Keluar dari rasa malas. Mencari formula yang tepat. Gimana caranya dengan kondisi yang ada bisa berolah raga.
Akhirnya pilih lokasi jalan yang tidak terlalu curam dan menanjak. Dengan harapan setelah bisa mengalahkan lokasi ini, pindah tempat yang lain.
Setiap pagi bersyukur bisa melalui setiap rintangan hari kemaren.
Selamat pagi. Sehat selalu.
Love, Audy.
Reff:
Pic. Audy Jo