Insecure Dalam Diri





"Kartini Day", selalu dirayakan oleh setiap perempuan Indonesia. 

Kenapa sih selalu dirayakan?

Kartini, seorang perempuan  dari keluarga bangsawan Jawa di masa Hindia Belanda. Lahir di tanggal 21 April 1879. Setelah mengenyam pendidikan sekolah dasar berbahasa Belanda, Ia ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, tetapi sayangnya untuk perempuan jawa dilarang. 

Setelah lulus sekolah harus dipingit. Dipersiapkan untuk menikah dini. Sebagai perempuan harus menurut adat yang ada dan bersiap juga untuk dimadu dalam pernikahan. 

Walaupun dipingit, Kartini sangat gigih untuk merubah keadaan. 

Karena bisa berbahasa Belanda, Kartini sering bersurat dengan kenalan dan sahabatnya di Belanda, menuangkan berbagai ide untuk perubahan masyarakat yang melampau zamannya. Di dalam suratnya Kartini berupaya untuk bisa membebaskan para perempuan, sehingga bisa bersekolah lebih tinggi dan lepas dari  poligami. 

Nah, dari surat-surat yang diterbitkan, Kartini menjadi terkenal untuk ide pembaharuannya. Karena hal itu, setiap tanggal 21 April dicatat sebagai peringatan  mengingat gerakan yang dilakukan Kartini untuk membawa perempuan menjadi "lebih baik".

Bagaimana dengan perempuan di zaman sekarang?

Walaupun tersamar, tetap saja ada rasa "terpingit' di antara perempuan modern. Entah terpingit karena memang tidak mau ada perubahan. Ataupun karena keadaan kondisi  keluarga.

Sebagai perempuan dengan berbagai hormonal yang ada, kadang bisa membuat perempuan itu merasa minder.

 "Siapakah aku ini? "

Membandingkan diri dengan lainnya. Merasa rendah diri.

Situasi seperti ini mulai terlihat ketika anak perempuan masuk akil balik dengan tumbuhnya buah dada dan menstruasi setiap bulan.  Apalagi disertai bau badan yang mulai timbul. Hormonal yang muncul di wajah membuat perempuan kadang lebih "mengkerut masuk ke dalam cangkang".

Hari ini mendapat kiriman link You Tube yang keren, tentang seorang perempuan yang tiba-tiba mau mengikuti audisi menyanyi karena merasa lagu yang dia nyanyikan dirasa memang khusus untuk dia.

Dalam perjalanan kariernya, dia seorang penyanyi latar yang tidak terkenal. Suaranya dipakai mengganti suara artis film yang berlakon sebagai penyanyi panggung dalam film "The Greates showman". Terbersit sih dalam hati, apakah karena suara di lagu itu sudah lebih terkenal, baru si penyanyi  asli muncul? Entahlah! Apa yang dia dipikirkan.

Di dalam kitab suci yang saya baca, perempuan itu penolong yang sepadan untuk seorang lelaki. Dengan bahasa lain perempuan itu bisa menolong lelaki. Bukan mau memperbandingkan kekuatan yaaa! Tetapi kalau dipikirkan, kalimat "sebagai penolong" berarti dia lebih kuat dari yang ditolong.

Bisa sih, ditilik dari perjalanan hidup para perempuan di sekeliling kita. Janda yang ditinggal para suami, kadang tidak pernah menikah lagi. Berani mengambil keputusan mau hidup sendiri mengurus anak-anak,  karena sudah terbiasa mempesiapkan semua sendiri sewaktu masih ada pendamping. Sedangkan para lelaki yang ditinggal isteri, kadang belum setahun sudah menikah lagi. Tidak tahan hidup sendiri. Apakah karena sudah terbiasa semua dipersiapkan oleh almarhumah? 

Bersyukur dengan kegigihan para pejuang perempuan dulu, para perempuan sekarang bisa menikmati kemandirian. Bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bekerja dimanapun yang diinginkan. Bisa menolak poligami di dalam pernikahan. Semua bisa mengeluarkan pendapat tanpa ada yang melarang.

Jadi untuk perempuan yang masih merasa diri tidak bisa apa-apa ayoo, rubah diri jangan kembali ke masa masih dipingit. Kasihan, Kartini akan merasa sia-sia perjuangannya untuk memajukan para perempuan.


Love, Audy

Ditulis juga di Kompasiana


Reff:

Wikipedia

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement