Menu

 

Wadah Masker Bolak Balik Tanpa Tali




Akhirnya ...

Model masker kain warna biru jadi juga. Walaupun tangan ini suka nakal hehehe maksudnya suka kebanyakkan ide yang mau dilakukan. Padahal sudah ada cara buatnya, tinggal ngikutin aja. 

Di "kepala" suka bertanya kalau "jalan" begini gimana? Jadinya bagaimana. Sudah mau selesai ternyata harus dibongkar lagi karena "jalan" baru salah. Iihh!

Kalau sudah ketemu selahnya cepat 20menit juga sudah beres. Pertama buat butuh beberapa menit karena belum tahu. Perlu beberapa kali setrika yang ternyata tidak perlu disterika, kecuali kain kusut banget yaa.

Ada kendala sedikit sewaktu sudah jadi. Masker kain tidak menempel dengan kencang di wajah. Tapi ah pengen gaya modis hehehe ....

Yuk buat :

1. Ambil masker yang cocok sama kita.



2. Lipat dua

3. Lebarkan 

4. Jiplak di kertas gambar bagian mukanya.



5. Untuk sisi tinggal diberi titik saja.



6. Hubungkan titik tersebut.




7. Gunting

8. Taruh di pola. Perlu 2 pola untuk depan belakang.

9. Tambah nat 1cm untuk jahit



10. Tindas pakai karbon di bagian jelek kain. Supaya rapih jahitannya. (Kalau aku ga suka mengulang dua kali kerja)



11. Jahit pinggiran

12. Jahit celah terus dibalik

13. Sisipkan di bagian yg bagus.


Untuk bagian celah :

1. Jiplak bagian sisi belakang masker. Lebih kurang 3cm nanti taruh dilipatan kain.

2. Butuh 2 lipatan untuk kiri dan kanan.








Ah susah jelasinnya 😆

Lihat u tubenya yuk!





Selamat mencoba


Love,  Audy

Ceritadiri.com

Note:

Dapat ide nih sebelum di balik, utk pinggiran dikasih karet elastis. Jadi pas dibalik pinggiran agak berkerut.



Share:

Vaksinasi atau Enggak Vaksinasi?



"Enggak jadi lagi!"

Teriakan menggema di ruangan sepi ketika dapat kabar kalau adikku tidak bisa divaksinasi.

Kalimat yang sudah beberapa minggu jadi pembahasan kenapa bisa terjadi. Banyak jawaban dari alasan kenapa tidak bisa divaksinasi.

Begitu juga dengan keluarga kecilku. Mulai dari anak yang paling kecil. Dua hari sebelum di vaksinasi muntah. Dengan riwayat kondisi seperti itu dilarang vaksinasi.  Dalam lima hari atau seminggu sebelum vaksinasi harus sehat tidak ada gejala sakit. Akhirnya batal ikut vaksinasi.

Di keluarga besar yang sudah vaksinasi terus menerus mendorong harus cepat vaksinasi. "Concern about our mother" begitu alasan mereka. Ya sudah kalau begitu yang belum vaksinasi ga usah ketemu dulu dengan yang sudah vaksinasi. Untung rumah berlanti dua. Ambil waktu untuk tidak bertemu dengan yang sudah di vaksinasi. Wey ... ada kalimat ga enak lagi didengar "itu tuh diam terus di kamar enggak turun-turun!" Kalau udah gini mau jawab gimana? Cape deh! Hehehe untung ada tempat curhat ya di sini.

Mengurus mau vaksinasi bikin emosi juga. Suami yang ga biasanya komentar jadi ikutan.

"Katanya" semua penduduk harus vaksinasi, tapi ya kok susah ya. Mau masuk mal harus tunjukan data diri kalau sudah divaksinasi.  Jangan sampai mau beli keperluan sayur mayur di pasar harus tunjukkan data diri sudah di vaksinasi. Ih jadi menyedihkan! 




Dapat dari saudara "ada nih di BRI. "Di daftarin yaa." Ditunggu-tunggu enggak ada kabar. Alhasil habis quota. Weh!

Mau daftar puskesmas terdekat, habis quota juga. Setiap jumat jadwal vaksinasi, ampun ... penuh sampai kejalan. 

Putus asa? Enggaklah.

"Sebelum vaksin yang komorbid cek dulu!" Ketemu hasil lab semua merah. "Belum boleh divaksin ya, Bu!" Ah "memble".

Rasanya semua badan di guncang dengan pola yang baru. Memperbaiki "raport merah" dari laboratorium. Kok diri ini merasa "tersiksa" hanya karena sebuah vaksin.

Sesak di dada, tetap saja harus diterima untuk mencapai tujuan utama. Walaupun saat penulisan ini masih belum daftar lagi karena menunggu giliran.

Dari sisi cerita di keluarga yang merasa sehat badannya ada kendala tersendiri. 

Mendaftar vaksinasi di kampus yg keren bingit pas daftar ulang malah tidak masuk. Ceritanya quota habis begitu. Infonya juga system bermasalah. Sebagai orang awam "diiyain" ajalah. Dalam kenyataannya ketemu keanehan sewaktu dapat link terbaru untuk daftar lagi bagi yang waiting list.

Di Daftar link yang baru ternyata quota untuk tanggal 20 Agstus masih bisa dipilih. Sedangkan pada link awal quota sudah tidak ada untuk tanggal 20 Agustus. Tetap sebagai warga negara yang baik enggak mau berpikir negatif.



Adik yang dapat jatah untuk vaksinasi pukul 16:00 sepertinya sudah siap. Berangkat tanpa berpikir apa yang akan terjadi di tempat vaksinasi. Ternyata ....




Pilihan jam vaksinasi tidak ada pengaruhnya. Yang dipikir dapat jadwal pukul 16:00 sudah pasti vaksinasi dapat jadwal segitu eh ternyata ... nama besar tidak menjadi jaminan. 
Kalau mau disandingkan dengan nama besar, mustinya system canggih bekerja ini kembali ke model jaman "batu".
Antri menunggu 2 jam dengan rasa lapar dan jengkel. 

Fungsinya barcode buat apa?

Sampai pada gilirannya ditensi 200/102 sampai 3x dicek ulang. "Tidak bisa vaksin, Bu!" Jadi ditunda dan bisa datang tanpa antri lagi untuk vaksinasi. Akhirnya kembali kerumah untuk memperbaiki kondisi yang ada. 

***

Kalau diingat sewaktu keponakkan vaksinasi dari sekolah, yang diselenggarakan Kosdam Siliwangi III jalan Halmahera Bandung sangat cepat pelayanannya walaupun dibedakan per grup tapi cepat banget mulai dari awal sampai obeservasinya, untuk semua grup bukan satu grup saja. Hem ... apa karena dari tentara yaa?

Kalau dilihat dari proses mau vaksinasi kok bikin jadi baper. Barangkali dari umur pengaruh juga. Beda dengan yang masih muda dan kuat. Terus kalau udah gini pengen juga tuh vaksinasi di Kimia farma yang berbayar, enggak pusing mikiran jadwal kedatangan yang diatur dan antrian yang panjang. Suka-suka saja datang kesatu tempat untuk langsung divaksinasi.
Ah dimana tempat vaksinasi seperti  itu? 




Love, Audy 
Ceritadiri.com

Pic. Pixabay
Geralt-Korona injeksi
Pixundfertig-Vaksin






Share:

Apa Saja Bisa Dilakukan Sebagai Ibu Rumah Tangga

 




Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. 

 


Dapat kiriman buku dari mentor Blogger ceritanya seru juga. Dengan cover berwarna pink lucu banget.

Dibuka dan dibaca bikin mewek juga. Ternyata yaa ... cerita kehidupanku tidak lebih berat dari cerita di buku itu. 

Buku dengan judul "Ibu Rumah Tangga, Bisa Apa?" Karya Malica Ahmad, dkk. Berisi tentang para ibu yang dengan kesadaran sendiri berganti profesi menjadi ibu rumah tangga biasa. Punya jabatan tinggi di kantor dengan  gaji yang lumayan. Sudah punya "pegangan" kalau kata ibundaku.

Sama dengan yang aku alami. Sudah kuliah sekretaris dan punya posisi eh ... ditinggalkan karena ingin punya momongan.

Ternyata setelah lepaskan pekerjaan momongan belum juga hadir. Sepuluh tahun berlalu. Pengangguran .... 

Di masa "pengangguran" mencari uang dengan menerima jahitan. Di masa itu termasuk cukup buat diri sendiri.

Apalagi ibunda sering kasih nasehat "kalau jadi anak perempuan itu harus ada 'pegangan', jadi kalau ada apa-apa bisa hidup mandiri."

Walaupun dalam kenyataannya sekarang ini masih jadi ibu rumah tangga dengan segudang aktifitas melalui gadget, bersyukur menikmati saja keadaan yang ada.

Setiap perempuan ada masalahnya sendiri. Tidak bisa disamakan. Kadang melihat perempuan lain suka berkomentar "ih kenapa sudah dapat kerja enak ditinggalkan. Padahal banyak yang susah cari kerja." 

Bersyukur untuk suami yang mau mengerti keadaan pasangannya. Tetap mensuport keinginan para istri untuk tinggal di rumah mengurus keluarga.

Jadi teringat janji sewaktu menikah. "Dalam saat sakit, susah, senang akan kita lewati bersama."

Semangat Mama.




Love, Audy

Ceritadiri.com

All about me

Share:

Kamera Action ... Yuk Petak Umpet!

 



Apa lomba lari karung atau lomba kelereng? Semua juga bisa karena lahan buat lomba bisa dipakai di parkiran mobil depan rumah.

Kalau anak-anak masih kecil mau diajak lomba apa saja. Yabg paling seru lomba makan kerupuk hahaha lucu. Anak yang paling kecil enggak ngerti peraturan jadi kalau kerupuk belum habis enggak berhenti. Entahlah bertambahnya umur lebih sulit mengajak mereka berlomba.




Untuk umur sekarang biasanya diajak main catur  dan hadiahnya sudah bukan berbentuk barang tapi lembaran si "merah" yang bisa bikin semangat. 

Kepikiran sih ngadain lomba main bulutangkis kan masih kerasa keramaiannya. Kayaknya seru juga. Keluar keringat sambil tertawa keras. Kegelian terjadi kalau cock yang tidak bisa dipukul alias melenceng. Lol.





Kalau enggak main petak umpet seperti ini seru kayaknya. 

Caranya gini nih:

1. Nyalain kamera di Handphone pakai standing
2. Set timernya 5 detik
3. Push button
4. Berlari sembunyi.
5. Nah yang kelihatan di kamera dapat hukuman.

Seru yaa. Hehehe boleh dicoba nih gaya tik toknya Lee Si-Young.

Cari tempat yang bisa untuk sembunyi tapi jangan terlalu banyak barang juga. Biar bisa berebutan untuk mencari tempat sembunyi.

Belum main udah ketawa sendiri. Sudah ngebayangin kelucuannya kalau main petak umpet ini.

Yuk coba!



Love, Audy
Ceritadiri.com




Share:

Rasanya Ingin Berteriak Keras





sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat.



Sedu sedan tak tertahankan. Kala masuk hari kedua setelah minum obat. Masalahnya karena dokter baru yang belum mengenal diri ini. Jadi seperti bahan percobaan awal.

"Jangan begitu, Ma!" Teguran dari sang suami. "Ayo bisa!"

"Iya bisa cuma rasanya jengkel saja. Harus begini. Berbeda penanganan. Tidak seperti biasa."

Muntah mual pagi sudah masuk hari kedua. Belum pernah dialami seperti ini. Beruntung ada persediaan obat untuk lambung dan muntah punya anak bungsu. 

Kalau dilihat "kebelakang" hal ini sudah biasa kalau memang mau menurunkan gula darah dan kolestrol. Tetapi tidak pernah ke Ahli Gizi. Sekarang kebalikkannya jadi ada aturan makan yang harus diikuti. Ketemu ahli gizi yang sudah bisa ditebak darimana beliau hehehe dari medan bah! Baik sih orangnya, kasih no.WA. Senang juga sayang tidak sesuai ekspektasi kalau seseorang kasih nomer HP itu bagaimana. Ya sudahlah.

Rasanya setiap makan ga bisa masuk. Karena menunya bikin setup saja. Semua ditimbang huhuhu ....




Sore ini rasanya aga lumayan jadi bisa menulis curahan hati. Menguatkan hati untuk mencoba melanjutkan pengobatan. 

Masih beruntung punya nomer Whatsapp dokter dari BPJS di BSD yang begitu baik, mau ditanya dan memberikan resep obat tentang kondisi badan. Karena dokter yang baru tidak ada WA nya. Telpon ke RS. Tempat dokter yang bertugas susah masuknya dicoba beberapa kali enggak bisa masuk duh gimana? Apa karena hari minggu? Jadi enggak bertugas. Ah sedikit kecewa. Apa ganti rumah sakit saja?

Menata hati di tempat baru, menguatkan hati melangkah menyongsong masa depan. Membesarkan anak-anak. 

Menulis sedikit tersendat rasanya berat di hati. Rasanya tidak mau melakukan apa-apa.

***

Bertemu teman Cool, Community dalam Tuhan sungguh menguatkan. Harus kembali ke fokus awal. Jangan teralihkan. Seperti tertampar rasanya Tuhan menegur. 

Memang sejak pindah ke Bandung seperti ada yang menahan. Rasa berat di hati, emosi yang tinggi, kemarahan yang ingin diluapkan. Yang biasanya masalah tidak terlalu banyak hanya di antara keluarga kecil saja, sekarang tambah melebar. Sepertinya masalah di keluarga kecil kami sudah lulus sekarang naik tingkat ke masalah yang lebih luas Hehehe Haleluya  Tuhan baik karena kami sudah naik tingkat.

Hanya berharap diberikan kekuatan untuk setiap langkah yang akan diambil. 

Selamat hari minggu. 



Love, Audy

Ceritadiri.com

All about me

Share:

Stop Jangan Di Photo



Kebersamaan dari awal masa pertumbuhan anak bisa menentukan sikap pada saat anak mulai masuk masa pubertas. 

Share:

AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement