Irma tertegun mendengar cerita sobatnya. Perempuan cantik berdarah Batak itu, punya sisi lain. Di luar sifatnya yang terlihat sekarang ini.
Hanya karena suaminya berselingkuh, dia merasa ada rasa tertantang untuk membalas dendam. "Aku juga bisa!"
Mulailah, kerlingan "disebarkan".
Kesempatan itu datang, ketika kantor mengirimnya keluar negeri. Bersama atasannya mereka menginap di hotel yang sudah dipesan buat mereka.
Entahlah siapa yang mulai duluan, dia bisa tidur bareng dengan bosnya. Ceritanya tidak ada yang dilakukan. Irma berpikir, masa iya tidak ada yang dilakukan?
Ketika pasangan yang sudah bisa mengambil keputusan tidur satu ranjang, mereka sudah berani mengambil langkah yang salah, sudah pasti ada romansa keintiman yang terjadi. Manusia seperti itu bukan manusia suci.
---
"Sudah senang bisa membalas kelakuan suamimu?" tanya Irma.
Sepertinya, skornya sama jelas sobat cantiknya. Tetapi mengapa hatiku masih sakit ya? jelasnya.
Penampilannya, jelas sobatnya Irma itu cantik, pintar, pandai membawa diri alias pintar berbicara, tata bahasanya tertata dengan baik.
Irma engga habis pikir, mengapa suami sobatnya itu bisa ke lain hati. Apakah sobatnya terlalu dominan?
Kalau di adat istiadat Bali, ada tingkatan kastanya. Rasanya sobatnya Irma itu kasta tertinggi dan suaminya kasta lebih rendah. Tanpa sengaja ada rasa superior terhadap suaminya yang membuat hatinya berpaling.
---
Ada nasehat yang sering didengar, kalau perempuan pintar itu jangan memperlihatkan kepintaran di depan suaminya. Sudah tertulis kalau laki-laki adalah kepala rumah tangga, dan kodratnya seperti itu. Tak terbantahkan. Perempuan harus selalu tunduk kepada suaminya.
Saya rasa susah juga sebagai perempuan. Kok saya merasa zaman sudah maju, tetapi tidak ada emansipasi. Ah, salah juga kalau sudah masuk dalam bahasa seperti ini. Takut disalahkan, karena kalimatnya begitu menantang.
Ada jawaban yang diberikan oleh para suami, ketika Isterinya balik menjawab. "Kerja, cari uang sendiri ... semua dikerjakan saja sendiri, tidak usah meminta pertolongan.
Saya rasakan mengarungi biduk rumah tangga itu tidak mudah. Selama 32 tahun pernikahan hanya satu kali ada ucapan cerai. Ambil komitmen untuk bertahan tidak mengucapkan kalimat itu.
Keegoisan harus mulai dihilangkan. Saling mengerti satu sama lain. Ketika masalah datang, rasanya menekan kemarahan itu sulit!
Bertahan setiap hari!
Love, Audy










.jpg)
0 Comments:
Posting Komentar