Booster Kedua




Ceritadiri.com ~ Beruntung banget ada Puskesmas dekat rumah. Di blok lain sih, tapi masih dekat. 


Kalau yang pernah main ke daerah saya pasti tahu. Situasi daerah sini, jauh dari rumah sakit besar.

Sudah jadwalnya kalau setiap hari Jumat, ada vaksinasi

Ibunda sudah seminggu yang lalu ngajak. Tetapi karena biasanya saya suka pergi sekeluarga, jadi jawaban saya sedikit ragu.

Saya pikir nanti sajalah jawabnya. Kalau sudah hari H-nya, badan rasanya enak saya mau ikutan vaksin. 

Ini jadwal vaksin booster kedua. Yang pertama juga di Puskemas ini. 

Ternyata, pikiran Ibunda berubah. Sewaktu vaksin booster  pertama beliau pergi dengan cucu laki-lakinya. Jadi dia berpikir untuk mengajak cucunya, alias keponakan saya. 

Pas hari H-nya ternyata keponakan saya belum pulang dari tempat temannya. Sedikit panik! 

"Sama Ody saja ya?"

Saya maksudnya he-he-he. Itu nama kecil saya di keluarga. Shuppp enggak boleh ikutan panggil nama itu yaa, hehehe.

"Iya sudah, sekalian vaksin aja deh!"

Eh, ternyata ... rencana berubah lagi. Keponakan saya yang ditunggu-tunggu pulang juga. Pukul 7 baru sampai rumah. Jadinya batal deh pergi dengan saya. Lagian saya juga masih maju mundur keinginannya. Apalagi Hubby suka tanya,"Sehat enggak?" 

"Sudahlah enggak usah, dari subuh sudah main di dapur. Kelihatan capek tuh, Mama! Nanti saja sama papa," jelas Hubby

"Iya deh," saya mengiyakan. Enggak berani melawan kala mau ambil keputusan. 

Kalau persoalan yang membutuhkan ijin Hubby biasanya saya sekarang enggak mau neko-neko karena takut kualat. 

Emang kenapa? 

Takut saja karena banyak kejadian enggak nurut Hubby.

Pukul tujuh lewat Ibunda akhirnya pergi bersama keponakkan.

Wah, pukul 8 sudah pulang cepat juga saya pikir. Setahu saya hari Jumat itu suka penuh orang mau vaksin, ternyata tidak banyak orang.

"Mami gulanya tinggi, Dy!" seru Ibunda. Wajahnya terlihat sedih. Rasanya beliau tidak percaya dengan keadaan dirinya. Mengetahui gula daranya naik.

"Padahal kemaren cek di gereja enggak tinggi," ucapnya.

"Jadi enggak di booster? tanya saya.

"Booster!"

Loh, kok bisa?

"Barangkali pola makan mami kurang bagus. Coba deh di cek. kayaknya minggu ini makan nasi lebih dari dua kali sehari. Jajan kue manis. Sekilas ingatan saya terlintas kue di toples. sewaktu masuk kamar beliau ada toples kue kecil berisi kue coklat hahaha. Barangkali itu yang membuat gulanya naik. Ihh, enggak bagi-bagi nih kuenya hahaha, takut dimakan cucunya.

"Yah sudah, jaga makan saja, atur pola makannya," mulailah saya nyerocos. 

Kayaknya banyak pantangan masakan yang enggak boleh dimakan Ibunda. Terlihat sedikit syok juga banyak makanan yang dilarang.

"Ah, mami enggak mau makan obat! Dikurangi saja makanan manisnya," ucapnya

"Iya, Mami," ucap saya

Tanpa melihat beliau saya tahu kegundahan hatinya. Terdengar beberapa kali helaan nafasnya. Rasanya tidak percaya dengan keadaan dirinya hari ini.

"Coba atur makan seminggu ini. siapa tahu bisa turun,"jelas saya

"Dapat suntikan apa, Mi?" tanya saya lebih lanjut.

"Pfizer!"

Wah! Kalau dulu sih sih saya rasa keren ini, tetapi kok saya ketakutan dengan banyaknya berita.

"Emang enggak ada yang lain," tanya saya.

"Kayaknya enggak."

***

Kebiasaan saya malas kalau ke luar rumah pagi banget. Aplagi urusan kamar mandi belum selesai. Hari ini juga begitu.

Setelah mendengar antrian di puskesmas kosong, kok saya rasa bersemangat. apalagi jadwal vaksin akan ada lagi pukul 10.30. wah jam yang pas buat saya. setelah saya makan snak pagi.

Meminta ijin Hubby untuk pergi, akhirnya diijinkan dengan pertimbangan saya enak kondisi badannya. 

Memberanikan diri pergi sendiri. Mengisi beberapa formulir untuk dicatat dan sebagai informasi untuk Puskesmas. Biar bisa diketahui kodisi riwayat saya dan keluarga. Tak lupa informasi dari aplikasi peduli lindung untuk mengetahui suntikan apa yang pernah diterima sebelumnya. 




"Ibu suntikan terakhir pakai Sinovac semua," jelas laki-laki penjaga di tempat vaksin.

"Sekarang pakai pfizer, Bu!"

"Enggak apa-apa, Pak?" tanya saya, sambil menduga-duga ini bapak mantri apa dokter jaga ya?

"Enggak apa, bagus lagi pakai ini, Bu," jelasnya.

"Tetapi saya ada sakit ini, sakit itu, enggak apa-apa, Pak?" ujar saya untuk menyakini diri, karena ketakutan yang tiba-tiba datang.

"Tadikan sudah di tensi bagus semua, enggak apa, Bu!"

Tetap saja, saya masih belum puas dengan jawaban yang diberikan.

"Saya lagi keleyengan, enggak apa, Pak?"

"Kenapa keleyengan, Bu?"

Sambil bercanda saya menjawab, "Banyak nonton kayaknya nih. Apa pengaruh enggak pak, sambil tiduran nonton, jadi sakit dibahagian leher." Loh, kok saya malah mengadu kebiasaan jelek saya. LOL!

Setelah beres di tensi cek gula darah, dan menetima kembalian KTP, akhirnya dipersilahkan masuk ke ruangan. 

"Lengan kiri atau kanan, Sus?" tanya saya. Sedikit gemetar. Sambil tarik nafas, dan meremas lengan kiri. Saya duduk.

"Kiri saja, " jawab suster Sambil tiba-tiba berseru melihat kelakuan saya yang meremas lengan kiri.

"Jangan diremas nanti berdarah kalau disuntik, Bu! Pembuluh darahnya nanti melebar," jelasnya.

Terkaget juga mendengar penjelasannya.

"Wah gimana suster," tanya saya. 

Suster tidak menjawab, tapi langsung memberikan alkohol untuk mendinginkan. Barangkali sekalian menetralisir remasan saya tadi. Eh iya tadi denger obrolan suster sama lelaki yang memeriksa saya, dia sedang sakit kepala padahal sudah minum obat. 

"Tarik nafas, Bu! Sedikit pegal ya!" Cus

"Sudah. Nah, sekarang bisa digerakkan, Bu," jelasnya.

Sambil mengucapkan terima kasih,  saya berjalan pulang sambil berdoa semoga hari ini berjalan mulus.




Sampai saat ini saya baik-baik saja cuma sedikit keleyengan karena lapar. Sudah waktunya makan snak sore.



love, audy

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement