Menu

 

Beri Kesempatan Lagi

 





Audy Jo


Berdenyut kepala ini, rasanya ada sesuatu yang "berdebar",  bahasa yang saya jabarkan, kalaulah isi kepala bisa berbicara.

Menghadapi berbagai masalah memang tidak mudah. Apalagi ketika mempunyai grup yang berisi beberapa orang. Tidak banyak memang, masih di bawah 20 orang. 

Setiap orang mempunyai pemikiran sendiri. Dengan berbagai masalah yang ada di diri masing-masing. 

Sanggupkah menghadapi masalah setiap orang? Kalaupun masalah itu standard saya rasa masih bisa dihadapi dan memberikan jalan keluar. Tetapi ketika masalah itu sudah di luar kendali biasanya saya akan mencari orang yang lebih bisa mengatasinya.

Saya rasa masalah mendasar setiap orang biasanya mengenai kehidupan ini. Mulai dari tidak punya uang, tidak punya beras dan sebagainya. Ataupun kondisi diri sendiri ketika mendapat penyakit yang lama sembuhnya ataupun tidak bisa sembuh sama sekali.

Kadang bertemu teman yang hanya melihat kita sebagai alat pembayar saja. Meskipun bukan kami yang punya.

Saya pikir ketika mereka bergabung dalam suatu grup dengan pikiran yang murni, ingin masuk dalam grup memperdalam ilmu keagamaan, tanpa memikirkan hal lain. Ternyata saya salah. Setelah berjalannya waktu semua itu baru terbuka, ketahuan apa yang menjadi keinginan terdalam, tujuan mereka bergabung.

Isi benak saya berbeda dengan benaknya suami. Dia menganggap semua orang perlu dibantu, tidak terkecuali. Semua sama rata, semua orang itu baik. Berikan kesempatan kedua.

Kalau kesempatan itu sudah beberapa kali diberikan, tetapi masih mengulang-ulang di tempat yang sama tentu berbeda cara pandang kita terhadap mereka, benarkan? Ada rasa tidak percaya ketika mereka mencoba meminta tolong, dengan alasan yang sama. 

Bukannya tidak mau menolong, semua  tidak adanya kepercayaan karena sudah dilanggar oleh mereka sendiri. Anda tahu kan ketika alasan yang diberikan selalu sama, dan ketika alasan itu diketahui tidak benar, coba bayangkan perasaan Anda. Anda merasa ditipu berulang-ulang.

Ganti mindset ... ganti mindset! Nasehat diberikan oleh orang yang dihormati. Tetapi apa yang terjadi, nasehat itu terdengar oleh sebagian orang seperti menggurui dan dianggap tidak keberpihakan terhadap orang-orang yang dinasehati. Pundungan! Kabur dari komunitas, merasa tidak dianggap.

"Besi menajamkan besi manusia menajamkan sesama."

Kalau sudah bertumbuh keimanan seseorang tentu sudah lebih maju dari sebelumnya. Sudah belajar untuk menerima kesalahan. Ya, saya tahu saya salah akan saya perbaiki begitu mustinya jawaban yang bisa diutarakan ketika ada nasehat yang rasanya menohok di relung kalbu. 

Tentulah arti dari komunitas utuk bertumbuh akan menjadi; ya, memang semestinya begitu. Kan itu artinya saling memperhatikan dan mengawasi ketika kita salah jalan dan ada yang memberitahu kalau kita salah sehingga arah tujuan dibelokkan ke arah yang benar.

Mengambil keputusan yang bena, sulit! Kadang mau menolak sulit, nanti kembali nasehat baik kembali menohok kami yang suka memberikan wejangan, alias kotbah yang baik. Bagaimana jalan keluar terbaiknya?

Karena apa yang terlihat di depan mata itu tidak sama dengan keadaan yang sebenarnya. Diperkirakan mereka tidak punya uang, ternyata di belakang kami mereka mendapatkan uang darimana saja ...dan itu bulanan.

Memang tidak ada pernyataan kalau mereka sudah mendapat bantuan. Jadi saya asumsikan kalau mereka bergabung dimana-mana hanya untuk mendapatkan bantuan setiap bulannya.

Ah, miris! Buat saya dan suami,yang begitu membela teman-teman yang membutuhkan. Ternyata mereka tidak begitu terhadap kami berdua. Kalau sudah begini kami tidak boleh mengeluh, ini adalah salib yang harus dipikul ketika mengikut Yesus.



Love, Audy

Share:

0 Comments:

Posting Komentar




AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement