Menu

 

Rekam Jejak


Audy Jo

Cerita pemilihan presiden sih udah lama di gaungkan. Ketika hari H mulai mendekat kok malah nambah deg-degkan. Takut jagoannya kalah tentu saja menjadi pemikiran mendalam. Apa yang akan terjadi nanti?

Saya tidak mau mendengar berita miring di mana-mana. Mulai dengan kabar pilihan saya itu begitu ... begini .... Kok jadi seperti film yang banyak diputar.

Begitu hebatnya hoaks yang berseliweran membuat saya merasa ... duh kok terjebak dengan skenario si anu!

Memang sih ada pendapat yang saya pikir bolehlah saya mengikutinya. Dari semua pilihan memang tidak ada yang sempurna 100%, tetapi dari ketiga itu pasti ada yang lebih baik .

Saya rasa sekarang sudah mulai aman, damai. Entahlah kalau di luaran sana. Tidak menonton berita jadi tidak terbawa emosi. Bagaimana sobat apakah sama dengan pemikiran saya?

Maafkan kalau penulisan ini melenceng, bukan maksud apa-apa sih, hanya ingin mengutarakan pendapat yang ada di kepala saja. Daripada saya menulis di tembok lebih baik di sini, benarkan? Jadi ada rekam jejaknya. Cieee kayak para politis saja punya rekam jejak. Itu kalau para politisi mempunyai sesuatu yang sudah nyata-nyata ada manfaatnya buat masyakarakat semua. Kalau saya .... menulis saja terus!

Penasaran dengan paslon yang menang, jadi setiap informasi saya cari. Yah gak jauh-jauh ... sekali kita ketemu berita di reels facebook atau instagram sudah pasti otomatis keluar terus gambaran yang sedang kita cari. Pernah merasa "Kokgambar anu keluar terus di pencarian?" Rupanya saya baru menyadari ketika saya mencari gawai yang murah .. hampir setiap saya scroll pasti keluar gambar gawai terus. rupanya algoritma di aplikasi itu membaca terus keinginan saya. Ups ... kalimat saya benar enggak ini ... cie kayak yang ngerti digital aje hehehe.

Kembali ke pemilu ... saya sedikit heran mengapa paslon yang saya anggap tidak ada jejak rekamnya bisa banyak pemilih? Apa karena kedapatan lebih santun? Kalau hanya bisa ngomong enggak ada kerjanya gimana ya? Berarti tidak dipilih dari hasil kerjanya tetapi dari beragamanya. Saya pikir itu seperti sedang memilih kiai untuk belajar agama bukan untuk mengurus negara.

Ngeri juga ketika mendengar debat di antara ketiga Paslon, baik calon Presiden, ataupun wakilnya. Apa memang begitu ya? Saya yang tidak kuat akhirnya mundur dari depan layar kaca. Daripada emosi dan televisi kena tendang hahaha. Dengar saja sayup-sayup dari bilik sebelah. Dan hasilnya biasaya diperdebatkan antara Hubby dan Ananda, dari situ baru saya ambil keputusan paslon mana yang bagus hehehe ... dasar saya malas sakit hati.

Pemilu tahun ini juga sebagai yang pertama untuk Ananda dan keponakkan yang ada di Bandung. Sedikit lupa juga sih ketika harus memilih. Apa yang harus dipilih. Beruntung ada beberapa informasi yang dikirim di grup, sehingga bisa mengulang ingatan yang dulu. Dan tentu Ananda juga diberitahu hehehe Pssst ...pilihan mama sama dengan pilihan Ananda. Bisikkan yang ahli lebih manjur untuk pemula.

Beruntung jam coblos kertas sama, sehingga bisa memberikan arahan, bagaimana atau siapa yang harus dipilih.

Ada juga yang bikin geli ketika harus mencoblos anggota yang independen, dengan foto ciri khasnya sudah pasti orang langsung tahu siapa beliau itu. Dasaranya pelawak yaaa ... bekin geli aja.

Keluar dari bilik pencoblosan dengan hati yang gembira biasanya ga ada pikiran apa-apa, tetapi karena gambar pelawak tadi menjadikan hari lebih indah, hehehe.

Semoga Negara Indonesia aman, damai dan rakyat sejahtera.


Love, Audy

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement