Menu
Mengisi Waktu
Menulis dan menulis.
Mengejar ketinggalan beberapa tahun yang terlewatkan.
Mengambil penulisan secara private, kelas khusus.
Mulai belajar lagi memakai tanda baca, titik, koma.
Belajar non fiksi belajar fiksi, antologi, puisi, quote. Semua di borong.
Mendobrak keinginan lama yang sudah terpendam jauh sebelum anak-anak lahir.
Puji Tuhan....
Tuhan memberitahukan kalau talentaku ada disini . Jadi semua yang kulakukan ringan saja kulakukan, tanpa ada beban berat yang kupikul.
Sudah lama mengikuti grup buku tapi baru sekarang aku memberanikan diri. Alhasil sudah 2 buku Antologi yg terbit. Ada beberapa lagi yang akan menyusul. Hari ini baru menyelesaikan Ebook pertamaku.
Surprise harus 30 halaman dengan A4. Nggak tahunya harus memakai A5. Jadilah 50an halaman.
Rupanya. Gampang juga kalau memakai A5. Sudah bisa menjadi Sebuah Novel.
Semangat mama
audyjo.blogspot.com
Belajar Kosongkan Gelas
Menerapkan cara baru dalam menulis itu tidak mudah. Pakai kata nggak atau tidak tergantung mood saja.
Menurut PUEBI boleh saja asal di miringkan.
Belajar menulis sepertinya gampang, pas sudah praktek nya... wow... tidak terbayangkan!
Belajar Ejaan. Tanda kutip. Tanda tanya dan banyak lagi. Sambil belajar mengenal satu-satu aku coba praktekkan disini.
Semoga benar.
Kecuali kamu yang baca bisa kasih komen kesalahanku dimana. Terimakasih.🙏
Teringat suatu ungkapan yang aku dapat dulu... dari Leader di salah satu bisnis kecantikkan. Coba ' kosongkan gelas', untuk mendapat ilmu yang baru.
Pertama-tama, aku merasa bingung! Maksudnya apa ya?
Dalam artian apa hubungannya gelas dengan pikiran ku. Ha... ha... ha... Diumpamakan pikiranku itu sebuah gelas. Yang berisi dengan berbagai macam pikiran, atau ilmu yang sudah didapatkan. Tinggalkan semuanya. Isi dengan pelajaran yang baru. Terima saja, jangan banyak perlawanan.
Jangan diperbandingkan dengan ilmu yang sudah ada. Bentrokkan terus!
Akhirnya ... 'gelas' yang ada bisa terisi dengan ilmu yang baru. Berandai-andai, di otak kita banyak ruangan kosong. Setiap kamar berisi ilmu yang kita dapatkan. Kalau sudah penuh, buka lagi ruangan yang baru. Dan seterusnya. Yang penting jangan melawan untuk menerima hal yang baru.
Dijaman globalisasi seperti sekarang, yang merasa "angkatan tua", dituntut untuk lebih meng-upgrade diri. Walaupun rasanya sudah malas untuk belajar ilmu baru, karena rasanya pikiran sudah terlalu penuh. Maunya berjalan sesuai kriteria yang dia tahu. Cukuplah tidak usah macam-macam.
Tidak mau berlomba dengan perubahan jaman? Ditertawakan mau? Kalau tidak mau, jangan marah kalau dibilang 'bodoh'.
Ada penelitian yang membagi-bagi kriteria untuk umur yang sudah tidak mau belajar, dan yang masih mau belajar. Beruntung nya aku termasuk "angkatan tua", yang masih mau belajar. "Haus" rasanya. Semua ilmu yang ada ingin dipelajari semua. Kecuali ilmu matematika yaa! Ha..ha..ha... Ilmu ini memang sudah tidak bersahabat dari dulu. 'Ntah karena sudah antipati atau memang nggak mau kenal saja.
Tapi yah sudahlah. Sudah lewat. Sudah tidak dipakai lagi. Kecuali penambahan, pengurangan, pembagian. Sudah menjadi standar dipakai di kehidupan sehari-hari.
Dengan sisa umur yang masih Tuhan ijinkan, sampai hari ini. Cepat-cepat belajar sesuatu yang baru. Atau apa memang jalan hidupku di umur begini baru Tuhan tunjukkan jalannya, "Talenta mu disini, nak!"
Puji Tuhan aku masih di beri kesempatan untuk berkarya. Meninggal kan sesuatu yang bisa dikenang untuk keturunanku.
Love, Audy
Klik 👉👉 All about Me
audyjo.blogspot.com
Bsd, 21 May 2020

















.jpg)