Menu
Semua Perlu Rencana
Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?
Rencana yang dibuat, dicoba di eksekusi. Tidak mudah juga rupanya.
Penawaran penjualan buku secara fisik, malah ditawarkan kembali secara online.
"Kalau seperti ini saya sudah masukkan secara online, Bu!" begitu kira-kira jawaban yang saya berikan kepada ibu yang menjaga di toko. Beliau sebagai perantara saya dengan pimpinan toko barang keperluan rumah tangga yang dikelola koperasi.
"Baik bu akan saya sampaikan kepada bapak." jawabnya.
Kira-kira di mana yang bisa saya titipkan buku ya ....
Insting selalu berjalan tanpa menentukan prioritas, yang berakibat kelaparan dan masuk angin.
Hanya dari beli obat, jadinya mampir sana mampir sini. Sedangkan waktu sudah menunjukkan makan siang. Gaya sih! Dikenyangkan dengan camilan gorengan saja. Kuat rasanya!
Mampir disalah satu toko buku yang suka penuh dengan diskon.
Baca juga : Daripada Diam Bergerak aja
Dalam hati bertanya, kalau diskon gimana cara perhitungan buat jual buku ya. Sedikit keraguan timbul. Jadi enggak ... jadi enggak! Dicoba saja!
Sedikit semangat ketika penerimaan dari toko buku yang diwakilkan marketingnya menerima saya yang datang tanpa rencana.
Rasanya penampilan bertamu kurang sopan. Memakai baju kaus yang kerahnya sudah morat marit plus celana pendek sedikit di bawah lutut, sandal yang mulai robek walaupun tidak terlihat.
Saling memberikan informasi, bagaimana, apa yang harus dilakukan, berapa perhitungan yang harus dibuat. Banyak belajar juga cara menitipkan buku di toko ini. Sesuatu yang baru. Belajar dari pengalaman adalah guru yang terbaik. Jadi ke inget deh kalimat ini.
Akhirnya diambil rencana selanjutnya. Saya akan memperhitungkan harga dulu sebelum dimasukkan ke toko begitu jawaban yang saya berikan kepada marketing toko. Sambil berpikir, bagaimana perhitungannya.
Begitulah kalau terlalu bersemangat sampai lupa makan siang. Mulai rasa mual melanda. Hubby yang mengantar tiba-tiba rasanya muter kepala ... vertigo kumat. OMG.
Rasa bersalah pun muncul. Kenapa ya enggak planning. Cuma berpikir mumpung lagi di bawah, bisa mampir sana ... sini.
Meminta maaf untuk kejadian hari ini. Semoga esok lebih baik. Membuat rencana lebih matang sebelum "action".
Selamat akhir pekan.
Love, Audy
Menulis Konten Buat Pemula
Awalnya dari kepo jadi terjun ke dunia penulisan di platform blog ini.
Ragu-ragu sudah pasti.
Serasa masuk "rimba antah berantah "berjalan kesana kemari. Tidak mengerti. "Meraba dalam kegelapan".
Cuma ada tekad dalam hati, ayo berani!
Mencoba mendaftar, ikutin saja alur yang disarankan.
Mulai menulis sedikit bingung karena copy paste dari blog pribadi yang sudah ada, tidak bisa di paste semua di kolom yang disediakan.
Belajar terus ... mengulik aplikasi yang baru. Ternyata ....
Copy paste bisa sebahagian sisanya harus diketik di kontennya.
Buat pemula seperti aku yang belajar sendiri bingung. Buka informasi di You tube sama saja enggak ada cara menulis konten di aplikasi.
Kalau lihat konten yang sudah banyak "asam garam" kan ada tulisan selanjutnya atau read more ke halaman 1, 2 ,3 dst.
Nah ini yang bikin bingung. Eh gimana bisa banyak kolomnya. Berpikir oh ... barangkali nulis di satu kolom terus buka kolom baru. Copy link antar konten misalnya konten kolom 1 di masukkan ke 2 atau sebaliknya.
Kepo tulisan teman yang lain di aplikasi. Hem ... bisa ... bisa. Semangat.
Rasanya banyak tulisan yang ingin dibagi, tinggal di copy paste dan ditulis ulang.
Ah mau kasih saran buat platform blog ini. Coba dong di upgrade lagi aplikasinya untuk penulisan, supaya bisa tulisan dari aplikasi penulisan yang lain bisa lebih cantik lagi ..., maksudnya karakter huruf diperbanyak hehehe.
Terus maju Kompasiana.
Love, Audy
ceritadiri.com
Kekuatan Jari dan Pikiran Itu Berbeda
Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"
Ceritanya mau ikut anak-anak kekinian. Apa daya kekuatan badan tidak sama dengan pikiran.
Pikiran masih duapuluh tahunan. Badan bla ... bla ....
Ikut kelas yang lagi heboh, kelas Gokil namanya. Murah sih. Cuma sepuluh ribu. Pesertanya 250 orang. Sesuai kapasitas saja di Whatsapp grup.
Asiknya tuh bisa kenalan denga teman-teman seluruh Indonesia.
Entahlah belum terlalu diperhatikan apa ada yang umurnya sama. Barangkali senasib hehehe. Ampun! Mata enggak bisa diajak komporomi.
Kayaknya sudahlah. Habis ini kayaknya santai aja. Daripada keleyengan plus yang di sebelah cuap-cuap. Tahu diri saja.
Sambil tetap mempraktekkan ilmu yang didapat, perlahan-lahan saja. Sepuluh orang minimal atau duapuluh kalau pas waktu dan kekuatan. Yang penting melakukan reply status.
Semoga bisa mengikuti kelas yang lain.
Semangat.
Love, Audy
Daripada Diam Bergerak Aja
Menjual nama ibu sendiri itu boleh boleh aja. Dalam artian positip yaa.
Dekat rumahkan ada Koperasi, nah dekat koperasi ada toko yang menjual barang-barang kebutuhan pokok dan lainnya.
Toko ini diurus sama Koperasi. Jadi Barang kebutuhan di suplai oleh anggota koperasi.
Dulu sih udah pernah jadi anggota, karena pindah daerah jadi ditutup. Kasihan kalau nyuruh ibunda bolak balik ngurusin tabungan koperasi. Padahal asik juga nabung, enggak perlu uang besar di sini. Karena Koperasi kan nabungnya ada minimal tiap bulannya.Tapi ya sudah. Sudah lewat masa itu.
Sekarang ceritanya lagi mau coba usaha offline. Masarin buku hasil cerita sendiri. Walaupun dalam bentuk Antologi, tetap harus ada andilnya dalam memasarkan buku.
Eh, kalau dirimu gimana?
Sebelum masuk "rumah orang" biasanya menyapa dulu yaa. Begitulah kira-kira yang diriku lakukan.
Bertanya apa bisa, bla ... bla ....
"Wah, ibu anggota Koperasi bukan?"
Sudah pasti jawabnya "tidak!" Ada rasa pesimis akhirnya menggelitik di hati. Yah gagal!
"Sebetulnya dulu anggota sih!" Tapi karena pindah jadi ditutup.
"Memang ibu tinggal di mana?"
"Di Ligar Cantik."
"Wah dekat sama ibu Joris ya?"
"Saya anaknya!"
"Ibunda anggota koperasi tuh!" ujar ibu penjaga toko.
Wah kesempatan seperti terbuka. Suasana yang tadinya sedikit kaku menjadi lebih luwes.
"Oh kalau begitu nanti ketemu bapak anu!" Nama bapaknya dirahasiakan yaa. Barangkali nanti beliau baca cerita ini, tidak ada masalah di belakang. Lol.
Akhirnya, titip nomer Whatsapp saja di sebuah kertas. Karena beliau sedang ada tamu belum bisa di ganggu Barangkali nanti bisa bertemu dengan bapak "anu".
Untung rumah tidak begitu jauh dari tempat koperasi. Jadi bolak balik ke tempat ini enggak masalah.
Semoga saja berhasil.
Love, Audy