Akhirnya Tetap Harus Kembali


 

Janganlah kamu menangisi orang mati dan janganlah turut berdukacita karena dia. Lebih baiklah kamu menangisi dia yang sudah pergi, sebab ia tidak akan kembali lagi, ia tidak lagi akan melihat tanah kelahirannya. 




Irama badan sudah hampir mengerti apa yang dimau.

Yang tadinya seperti "kapal oleng" sekarang sudah mulai tenang,

Menikmati keadaan yang ada saja. Beberapa kelas masih  berjalan. Dan ada yang sudah selesai pelajarannya.

Banyak sekali kelas Gokil. Di bulan Oktober semua dengan harga kelas yang murah.

Belajar ... belajar. Walaupun umur tidak muda lagi. Tapi sukaa. Apalagi dengan pelajaran favorit.

Benar enggak?

Seperti hari ini, ada kabar sedih datang dari grup kalau PJ bukuin yang dulu suka ngajarin editing sudah berpulang ke rumah Bapa di surga. Berjuang dengan penyakit mematikan. Tapi Tuhan lebih sayang kepada beliau. Semoga tenang di surga dan keluarga yang ditinggal diberi kekuatan.

Jadi melihat perkembangan diri sendiri. Menanti saat itu. Melihat kesehatan yang ada hanya belas kasihan dari Tuhan saja untuk diri ini.


Semoga umur panjang.



Love, Audy


Share:

Belajar Hal Yang Baru




sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, 




Mengikuti kelas berbayar murah banget. Senang dapat ilmu baru. Belajar menulis singkat dengan 300 kata.  

Disangka hanya menulis sesuai permintaan. Ternyata tulisan yang diminta langsung mau dibuat buku.  Ah, terperangah! Dikira hanya sebagai latihan saja. Ternyata sudah langsung di koreksi sama bagian editing untuk nanti di upload menjadi buku. Surprise!

Namanya juga kelas Gokil nulis, jadi yaa gokil deh!

Selain kelas menulis, ada juga kelas belajar you tube gokil juga.

Yang sudah buat you tube sejak 2013 dan belajar otodidak ternyata Channel salah arah.

Dibenahi sesuai arahan dari mba Ami dan teteh Indari dari Indscript Creative akhirnya. Jalannya di arahkan yang benar.

Channel harus mempunyai satu niche, satu tujuan. Apa yang mau di sharekan di you tube. Ohhh ternyata begitu!

Banyak pelajaran baru yang didapat. Sedikit keteteran di bagian penulisan blog. Ah tenaga tidak bisa dibagi-bagi. Keinginan banyak, tenaga kurang. Tapi sukaaa!

Apalagi di Instagram sedang buat even Photography untuk merayakan Ulang tahun Ananda cantik di keluarga. Seratus tujuhpuluh empat foto yang disetorkan. Bingung deh memilihnya!


Semua dinikmati saja.


Yuk ahh!


Love, Audy Jo


Share:

13 Tahun Umurmu



Ceritadiri.com ~ Hari spesial untuk anak cantik yang spesial.
Share:

Semua Perlu Rencana



Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?


Rencana yang dibuat, dicoba di eksekusi. Tidak mudah juga rupanya.

Penawaran penjualan buku secara fisik, malah ditawarkan kembali secara online.

"Kalau seperti ini saya sudah masukkan secara online, Bu!" begitu kira-kira jawaban yang saya berikan kepada ibu yang menjaga di toko. Beliau sebagai perantara saya dengan pimpinan toko barang keperluan rumah tangga yang dikelola koperasi.

"Baik bu akan saya sampaikan kepada bapak." jawabnya.

Kira-kira di mana yang bisa saya titipkan buku ya ....

Insting selalu berjalan tanpa menentukan prioritas, yang berakibat kelaparan dan masuk angin.

Hanya dari beli obat, jadinya mampir sana mampir sini. Sedangkan waktu sudah menunjukkan makan siang. Gaya sih! Dikenyangkan dengan camilan gorengan saja. Kuat rasanya!

Mampir disalah satu toko buku yang suka penuh dengan diskon.

Baca jugaDaripada Diam Bergerak aja 

Dalam hati bertanya, kalau diskon gimana cara perhitungan buat jual buku ya. Sedikit keraguan timbul. Jadi enggak ... jadi enggak! Dicoba saja!

Sedikit semangat ketika penerimaan dari toko buku yang diwakilkan marketingnya menerima saya yang datang tanpa rencana.

Rasanya penampilan bertamu kurang sopan. Memakai baju kaus yang kerahnya sudah morat marit plus celana pendek sedikit di bawah lutut, sandal yang mulai robek walaupun tidak terlihat.

Saling memberikan informasi, bagaimana, apa yang harus dilakukan, berapa perhitungan yang harus dibuat. Banyak belajar juga cara menitipkan buku di toko ini. Sesuatu yang baru. Belajar dari pengalaman adalah guru yang terbaik. Jadi ke inget deh kalimat ini.

Akhirnya diambil rencana selanjutnya. Saya akan memperhitungkan harga dulu sebelum dimasukkan ke toko begitu jawaban yang saya berikan kepada marketing toko. Sambil berpikir, bagaimana perhitungannya.

Begitulah kalau terlalu bersemangat sampai lupa makan siang. Mulai rasa mual melanda. Hubby yang mengantar tiba-tiba rasanya muter kepala ... vertigo kumat. OMG. 

Rasa bersalah pun muncul. Kenapa ya enggak planning. Cuma berpikir mumpung lagi di bawah, bisa mampir sana ... sini.

Meminta maaf untuk kejadian hari ini. Semoga esok lebih baik. Membuat rencana lebih matang sebelum "action".

Selamat akhir pekan.



Love, Audy

Share:

Menulis Konten Buat Pemula








 Awalnya dari kepo jadi terjun ke dunia penulisan di platform blog ini.

Ragu-ragu sudah pasti. 

Serasa masuk "rimba antah berantah "berjalan kesana kemari. Tidak mengerti. "Meraba dalam kegelapan". 

Cuma ada tekad dalam hati, ayo berani! 

Mencoba mendaftar, ikutin saja alur yang disarankan. 

Mulai menulis sedikit bingung karena copy paste dari blog pribadi yang sudah ada, tidak bisa di paste semua di kolom yang disediakan. 

Belajar terus ... mengulik aplikasi yang baru. Ternyata ....

Copy paste  bisa sebahagian sisanya harus diketik di kontennya.

Buat pemula seperti aku yang belajar sendiri bingung. Buka informasi di You tube sama saja enggak ada cara menulis konten di aplikasi. 

Kalau lihat konten yang sudah banyak "asam garam" kan ada tulisan selanjutnya  atau read more ke halaman 1, 2 ,3 dst.

Nah ini yang bikin bingung. Eh gimana bisa banyak kolomnya. Berpikir oh ... barangkali nulis di satu kolom terus buka kolom baru. Copy link antar konten misalnya konten kolom 1 di masukkan ke 2 atau sebaliknya.

Kepo tulisan teman yang lain di aplikasi. Hem ... bisa ... bisa. Semangat.

Rasanya banyak tulisan yang ingin dibagi, tinggal di copy paste dan ditulis ulang. 

Ah mau kasih saran buat platform blog ini. Coba dong di upgrade lagi aplikasinya untuk penulisan, supaya bisa  tulisan dari aplikasi penulisan yang lain bisa lebih cantik lagi ..., maksudnya karakter huruf diperbanyak hehehe. 

Terus maju Kompasiana.


Love, Audy 

ceritadiri.com


Cek Tulisannya di Kompasiana

Share:

Kekuatan Jari dan Pikiran Itu Berbeda




Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" 


Ceritanya mau ikut anak-anak kekinian. Apa daya kekuatan badan tidak sama dengan pikiran.

Pikiran masih duapuluh tahunan. Badan bla ... bla .... 

Ikut kelas yang lagi heboh, kelas Gokil namanya. Murah sih. Cuma sepuluh ribu. Pesertanya 250 orang. Sesuai kapasitas saja di Whatsapp grup.

Asiknya tuh bisa kenalan denga teman-teman seluruh Indonesia. 

Entahlah belum terlalu diperhatikan apa ada yang umurnya sama. Barangkali senasib hehehe. Ampun! Mata enggak bisa diajak komporomi.

Kayaknya sudahlah. Habis ini kayaknya santai aja. Daripada keleyengan plus yang di sebelah cuap-cuap. Tahu diri saja. 

Sambil tetap mempraktekkan ilmu yang didapat, perlahan-lahan saja. Sepuluh orang minimal atau duapuluh kalau pas waktu dan kekuatan. Yang penting melakukan reply status.

Semoga bisa mengikuti kelas yang lain.


Semangat.



Love, Audy

Share:

Menangani Jerawat Membandel




Ceritadiri.com ~ Duh! Mau Zoom! Gimana ini, ada jerawat di hidung.

Share:

Daripada Diam Bergerak Aja






Menjual nama ibu sendiri itu boleh boleh aja. Dalam artian positip yaa.

Dekat rumahkan ada Koperasi, nah dekat koperasi ada toko yang menjual barang-barang kebutuhan pokok dan lainnya.

Toko ini diurus sama Koperasi. Jadi Barang kebutuhan di suplai oleh anggota koperasi. 

Dulu sih udah pernah jadi anggota, karena pindah daerah jadi ditutup. Kasihan kalau nyuruh ibunda bolak balik ngurusin tabungan koperasi. Padahal asik juga nabung, enggak perlu uang besar di sini.  Karena Koperasi kan nabungnya ada minimal tiap bulannya.Tapi ya sudah. Sudah lewat masa itu.

Sekarang ceritanya lagi mau coba usaha offline. Masarin buku hasil cerita sendiri. Walaupun dalam bentuk Antologi, tetap harus ada andilnya dalam memasarkan buku. 

Eh, kalau dirimu gimana?

Sebelum masuk "rumah orang" biasanya menyapa dulu yaa. Begitulah kira-kira yang diriku lakukan.

Bertanya apa bisa, bla ... bla ....

"Wah, ibu anggota Koperasi bukan?"

Sudah pasti jawabnya "tidak!" Ada rasa pesimis akhirnya menggelitik di hati. Yah gagal!

"Sebetulnya dulu anggota sih!" Tapi karena pindah jadi ditutup.

"Memang ibu tinggal di mana?"

"Di Ligar Cantik."

"Wah dekat sama ibu Joris ya?"

"Saya anaknya!"

"Ibunda anggota koperasi tuh!" ujar ibu penjaga toko. 

Wah kesempatan seperti terbuka. Suasana yang tadinya sedikit kaku menjadi lebih luwes. 

"Oh kalau begitu nanti ketemu bapak anu!" Nama bapaknya dirahasiakan yaa. Barangkali nanti beliau baca cerita ini, tidak ada masalah di belakang. Lol.

Akhirnya, titip nomer Whatsapp saja di sebuah kertas. Karena beliau sedang ada tamu belum bisa di ganggu Barangkali nanti bisa bertemu dengan bapak "anu".

Untung rumah tidak begitu jauh dari tempat koperasi. Jadi bolak balik ke tempat ini enggak masalah.

Semoga saja berhasil.


Love, Audy

Share:

Wow Fresh ... fresh







Kaget melihat warna-warni cantik dari kejauhan. 
Rasanya baru beberapa bulan pergi meninggalkan kota ini. Sekarang ada tempat yang lucu begini. 
Share:

Hunian Milenial versus Hunian Baby Boomer.




Hunian Vertikal


 

Hunian Milenial versus Hunian Baby Boomer

Sebetulnya enggak tertarik dengan hunian vertikal. Apa karena masanya sudah lewat, jadi mobilitas kegiatan lebih banyak di luar rumah.

Lebih ke arah membugarkan diri.

Jadi kalau tinggal di tempat yang terlalu tinggi, rasanya lebih rumit. Walaupun ada barangkali ada tersedia tempat kebugaran.

Pernah sih, mencoba numpang tidur di apartemen adik dan keluarga besan ibunda. Kalau untuk seminggu masih oklah. Dengan fasilitas yang disediakan masih bisa menarik hati untuk tetap bertahan. Untuk anak-anak sih senang saja. Karena bisa berenang dengan suka-suka. Apalagi kalau huniannya yang mahal. Luas banget deh. Ada Dapur, ruang tamu, kamar mandi, tiga kamar tidur.

Semua fasilitas sudah tersedia. Mau masuk ke kamar juga. Ada penjaga khusus. Dan setiap penghuni harus memakai kartu kamar. Jadi tidak sembarang orang bisa naik ke kamar-kamar. 

Rasanya sih dunia hanya milik kita. Enggak ada sapa dari tetangga kiri, kanan. Sepi ... sunyi. 

Membuang sampah juga di tempat khusus. Jadi ada waktu tertentu yang akan di ambil di tempat tersebut.

Menurut suami yang seorang arsitek,  hunian vertikal memang ditujukan untuk para milenial yang gaya hidupnya lebih simpel. Enggak suka ribet. Apalagi Hunian dibangun di lahan yang terbatas karena mahalnya lahan. Apalagi terletak di pusat kota yang mempunyai banyak lapangan kerja. Para karyawan memerlukan tempat tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerja.


Sumber Ir.Tommy Nataprawira diolah Audy Jo dengan Canva


Harga yang didapat dari sebuah hunian vertikal di tengah kota masih lebih murah daripada rumah yang ada di pinggiran kota. Waktu yang ditempuh menuju ke tempat kerja lebih cepat. 


Sumber Ir.Tommy Nataprawira


Walaupun pada kenyataannya. Punya hunian seperti ini ada biaya yang harus dikeluarkan juga. Seperti  biaya bulanan untuk maintenance hunian, biasanya sudah termasuk air, listrik, sampah, keamanan.

Masalahnya yang sering terjadi antar tetangga biasanya kalau ada keributan biasanya  terdengar jelas. Apalagi kalau ada kebocoran pipa air. Jadi, dituntut rasa solidaritas yang tinggi untuk bisa menerima perbedaan yang ada untuk mendapatkan kenyamanan bertetangga di hunian vertikal ini.

Jadi ... kalau dibilang tertarik yaa ... tiga puluh persenlah. Masih belum terlalu yakin dengan banyaknya hunian vertikal yang menjamur. Masih tetap lebih percaya dengan rumah kecil mungil. Yang kalau tiba-tiba ada gempa bisa berlari keluar menyelamatkan diri. Daripada berlari menuruni tangga dari tingkat lima belas.

Menghayalkan kejadian yang luar biasa. Kalau tiba-tiba suami dipanggil kerja di tempat lain bagaimana ya? Berpisah dengan keluarga. Mau tidak mau mencari tempat tinggal untuk diri sendiri. Pilihan hanya dua, tempat kost yang murah di pinggiran kota atau hunian vertikal dekat tempat kerja. Ah, jadi dilema deh.

Semangat milineal.


Love, Audy



Share:

Akhirnya Berani Live



 

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.


 

Tertawa tidak berhenti-henti. Lucu melihat mamanya bergaya bak artis.

Dapat tugas membuat video perkenalan memakai bahasa inggris dari kelas inggris.

Enggak pernah membuat video secara live untuk masuk medsos.

Ah tahu dirilah. Siapa diri ini. 

Kalau dilihat langsung sih kata hubby aku cantik. Tapi tetap aja enggak merasa fotogenik. Tapi aku tetap menyatakan diriku cantik. Self healing.

Jadi yang namanya live di medsos no ... no .... Eh, malah sekarang harus buat PR live dan pakai bahasa inggris.  Edun.

Umur sudah tidak muda lagi, sudah pasti kelihatan garis-garis kerutan. Rasanya sedikit menyesal. Kenapa enggak dari dulu? Tuh, yang muda jangan sampai menyesal kayak aku ya!

Sebetulnya malas mau buatnya. Kondisi badan rasanya lagi  enggak enak sehabis di vaksin. Bawaannya mau tidur saja. Sambil membaca tugas pakai sarungan di tempat tidur. "Ihh, pada ngebayangin yaa!"

Buat rencana sehabis makan siang saja. Lumayan ada tenaga.

Mandi pagi menjelang siang. Paling asyik mandi jam segini, karena airnya hangat jadi enggak pakai pemanas air. Keramas, keringkan dengan cantik. 

Ampun! Lagi menikmati sup kacang merah dengan ayam. Tiba-tiba gigi patah. OMG! Masih untung gigi atas bagian samping. Jadi kalau tersenyum masih enggak kelihatan banget. Duh! Udah kebayang uang yang dikeluarkan. Tahu sendirikan biaya kalau ke dokter gigi? huhuhu!

Penghuni rumah tertawa keras melihat penampilan diri yang konyol ini. Sudah oma-oma!

Siapa takutlah buat Video!

Coba sajalah!

Beberapa kali mengambil gambar salah terus. Tertawa terus. Repotnya. "Ya, sudahlah mama saja yang buat sendiri!"

Beberapa kali ambil tanpa pakai kaca mata seperti meraba-raba. Memakai kaca mata lumayanlah. Kalau mau dibandingkan cara melihat diri sendiri susah juga. Angle yang kita bilang jelek belum tentu kata orang lain. 

Yah sudahlah! Hehehe banyak menjawab pasrah ke diri sendiri.

Setelah dirasa cukup. Mulailah mengedit video. Lumayan melelahkan. Hubby sudah mulai mengeluarkan "taringnya". 

"Kapan berhenti? Istirahat! Tidur! Baru di vaksin jangan capai! Serem deh kalau hubby sudah begini. Tapi hubby sayangku asal jawabnya yang benar. "Lima menit lagi ya, Pa?"

Upload ke medsos butuh keberanian. 

Di Fb @Audrey Joris dan Instagram @JorisAudrey  

Dua kali uploadnya hihihi malu

Terahir, ambil keputusan berani. Siapa takut upload ke You tube @Audy Jo




Biarlah!

Selamat menikmati yaa keberadaan live Audy Jo.

Biar enggak pada kaget. Si mungil ini dengan suara beratnya. Hehehe campuran Sunda dan Ambon.

Selamat hari Rabu.


Love,  Audy



Share:

Mendobrak Ketakutan

 


Hari kedua, kok rasa-rasanya gimana gitu!

Banyak ketakutan tiba-tiba datang. 

Perlu Sule nih!

Bingungkan? Apa hubungan ketakutan sama sule?

Ini sih cuma insight yang saya dapat saja. Kalau membahas soal covid 19.  Memerlukan dopamin untuk menenangkan diri kalau lagi ketakutan.

Hormon ini memengaruhi berbagai aktivitas manusia, mulai dari kemampuan mengingat hingga menggerakkan anggota tubuh. Hormon dopamin juga disebut sebagai hormon pengendali emosi. Saat dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan meningkatkan suasana hati, sehingga orang akan merasa lebih senang dan bahagia. Alodokter


Belum ketemu artis lain sih yang bikin lucu. Kalau sudah nonton, ga berhenti tertawa.

Coba deh!

Mulai dari munculnya berita harus di vaksin. Mencari vaksin yang bisa cepat daftarnya. Ada ketakutan juga mau di vaksin, karena banyaknya cerita yang mengikuti. Serem.

Akhirnya, mulai vaksin pertama sudah terlewatkan dan kemaren vaksin kedua sedikit terkejut ditambah perasaan yang lain yang campur aduk. Kayak es campur saja.

Jadwal vaksin kedua pagi hari. Merasa sih sedikit ragu, karena yang namanya pagi hari sudah pasti antrian panjang.

OMG!



Benar juga panjang antrian. Yang enggak enak itu cara antrinya. Sebetulnya sih enak antrian begini kalau tidak berdiri lebih cepat.

Duduk, berdiri, duduk, berdiri. Awalnya tidak masalah. Lama-kelamaan lutut rasanya jadi pegal, lemas. Lebih baik berdiri saja. Jadi kalau antrian jalan, tidak terlalu berpengaruh di lutut. Pusing juga kalau sambil mengetik di handphone. Jadinya maaf saja buat yang WA, maupun Telepri enggak dijawab karena telpon genggam disimpan dalam tas. Ceritanya mau diam saja.



Sampai juga di tempat suntikkan. "Suster jangan keras-keras yaa!" Daging tangan dijepit. "Tarik nafas ... terus cus terasa ada yang menusuk. Tarik nafas lagi. Sudah bu! Silahkan ke tempat Observasi untuk di buat kartunya.

Menunggu lagi di tempat Observasi. Duh lamanya! Untung ada adik yang menemani. 

Ada momen di jam sepuluh. Waktunya makan snack. Seperti orang keblingsatan kelaparan. Mulut sedang ditutup masker, curi-curi melalui bawah masker lewat dagu makan crakers, cuek saja. Lanjut makan apel. Secepat kilat menghabiskan apel merah yang dibawa. Ampun itu apel belum dipotong masih utuh! "Sikat" saja! Rasanya dunia hanya milik sendiri. Enggak ada orang lain.

Lah! Lama banget nama enggak dipanggil untuk kartu vaksinnya. Sedangkan adik sudah duluan. Apa formnya jatuh? Jamnya mau makan siang nih! Akhirnya nama dipanggil juga.

Beres!

Fyi penulisan di hari kedua setelah vaksin, bawaannya ngantuk berat. Menulis dengan mata terpejam. Lol


Love,  Audy




Share:

Open Mindset

 




Seperti matematika? Apa iya? Rasanya gampang ah! Apa karena sudah melalui yang susah ya.

Banyak benar pertanyaan dalam hati. 

Mengolah pertanyaan, dan jawaban sendiri.

Begitulah kira-kira pikiran seorang perempuan yang menjadi pengajar.

Mencari pola baru setiap habis kelas yang ada. Mulai dari kelas sebelum masuk di institusi yang sekarang. Terus mengasah pemikiran tentang materi yang dikuasai.

Sebagai pengajar, enggak hanya ilmu yang ada saja dipelajari. Tetapi ilmu yang berkaitan juga di pelajari. Berbagai aplikasi dicoba. Ilmu yang tadinya malas dipelajari, sekarang harus dikuasai. Untuk menambah tips yang di share di kelas kolam belajar dari institusi yang lain.

Kalau sudah belajar, semua ilmu diolah supaya bisa dimengerti dan dibuat sesimpel mungkin.

Senang sih kalau sudah mulai mengobrol. Bertanya dengan lawan bicara yang memang serius. Asyik kadang jadi lupa juga.

Tapi senang kalau mendapat teman baru. Dengan catatan semua harus berpikir positif jangan ada "dusta di antara kita". Ada-ada aja nih! 

Persahabatan yang baik itu tidak melihat latar belakang,  berasal darimana, agama apa, pendidikan apa, dan masih banyak lagi deh. Yang kadang sifat begini kurang diterima di lingkungan pergaulan.

Benar enggak?

Sudah dua hari ini sepertinya kurang fit. Biasa ... enggak pernah mandi eits maksudnya keramas pagi pukul 05.30 sekarang keramas dan mandi air dingiiiinnn. Gas air panas habis dan mau coba mandi air dingin saja. Brrrr ....

Tapi demi melakoni sebagai pengajar, yaa semua dilakukan. Yang penting hubby mendukung, walaupun dengan omelan sedikit. 

"Enggak belajar dari pengalaman." kata beliau. 

Merayulah!

Walaupun belum 100 persen, tapi sudah Lumayan. Ijin sudah dikeluarkan. Tinggal bagaimana jadwal di balance dengan keluarga.

Semangatlah!


Love, Audy


Share:

Endorse Artis

 



"Edun endorse nya!"

Sedikit kaget, membaca tulisan di medsos sewaktu share video Trie Utami. Penyanyi idola masa muda dulu. Oh jadi sekarang sudah tua? Lol.

Kesempatan dalam kesempitan barangkali ada yang berpikir seperti itu. Ah masa bodoh! Terserah mau berpikir apa.

Yang ditanya mau kok orangnya! Dengan catatan "maaf ga punya uang" 

Beruntung Manajer alias suami yang kebetulan adik sepupu suami, mau membantu.

"Mau seperti apa, Mba? Redaksinya gimana?"

Dasar yaa ... ga pernah urusan sama artis. Jadi jawaban salah. Kirain redaksi itu nama perusahaan apa. Lol. Padahal yang ditanyakan hanya kalimat apa yang akan dibagikan kepada penonton. Halah!




Ah! Artis idola masa-masa pacaran dengan doi. Kalaulah artis itu tahu hwhwhw. Apa aku dapat tanda tangan ya. Padahal terahir, bukan terahir aja pertama dan terahir Lol. Berkenalan dan ngobrol di rumahnya. Kenapa enggak minta foto ya?

Momen indah, yang bisa disimpan galeri foto, lebih tepatnya video di galeri.

Serasa keikutan terkenal deh! Ide lain mulai berdatangan.

Coba kesini, diakan kenal sama artis itu. Dulukan dia pacaran sama sepupunya. Bisa tuh dicoba! Atau coba ini nih sepupunya kan mc terkenal itu. Banyak deh nyambungnya.

Padahal orang terdekat di rumah, hubby maksudnya teman SMA nya penuh artis. Hubby tetap low profile enggak mau heboh. Iih! Padahal anak band tapi enggak mau heboh. Teman bandnya terkenal. Ada yang nikah sama penyanyi. Ada juga pemain gitar terkenal  artis cantik,  pragawati semua temannya enggak mau diumbar. Sebel sih. Padahalkan bisa ya minta tanda tangannya. Lol.

Kalau mau mikirin begituan enggak maju-maju nih hidupnya. Ya sudahlah memang begitu hidup hubbyku ini.

Cukup hanya memandang hubby sudah melihat artis top. Dengan wajah tampan memetik gitar lagu kesayangan.

Duh! Cuaca di luar mendung, udara sedikit dingin.



Love, Audy

All about me

Reff:

Video dari Trie Utami untuk Audy Jo- Kelas Ebook Ananda




Baca juga : Jorisen=Joris 


Cek Tulisannya di Kompasiana


Share:

All About Me Edisi Comic

Share:

AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement