Menu
Goreng ganti Kukus, Mau?
"Minyak goreng masih langka?"
Heboh minyak goreng langka kayaknya masih jadi bahan pembicaraan dimana-mana. Masih jadi cerita bersambung kalau di rumah.
Untuk sekarang ini, bersyukur sudah bisa beli di koperasi atau di Indomaret dekat rumah. Kalau butuh beli kalau enggak, yaaa enggak usah. Mengutip kalimat, "Kok, gitu aja repot" dari Alm Gus Dur, kayaknya tepat nih kalau bahas seperti ini.
Sekilas dengar di ..., ada tokoh nasional bicara, "ibu ... ibu memang ga ada cara lain selain menggoreng? Kan bisa dikukus, direbus kalau masak!"
Karena beliau tokoh nasional, tentu ada netizen yang pro dan kontra.
Enggak nyangka juga sih ada jawaban beragam yang dilontarkan di MEDSOS. Misalnya, jawaban yang diberikan, "Kalau goreng kerupuk diganti rebus kerupuk memang bisa! Atau goreng tempe pakai rebus tempe! Kasihan dong, para penjual gorengan. Semua dagangan direbus atau dikukus semua!"
Jadi geli sendiri dalam hati, mendengar jawaban dari netizen. Ada benarnya juga. Dua-duanya benar. Memang susah kalau sudah bicara selera. Apalagi gorengan yang dimaksud, juga sebagai mata pencaharian sehari-hari.
Menebak kelangkaan minyak goreng sepertinya berhubungan dengan masa masuk di bulan puasa dan sebentar lagi lebaran. Biasanya harga melonjak tinggi.
Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata minyak goreng kemasan bermerk I di pasar tradisional seluruh Indonesia adalah Rp 20.450/kg pada 15 maret 2020 konversi ke liter minyak goreng Rp. 17.996/liter. Sekarang, setelah Harga Eceran Tertinggi (HET) diberhentikan, "para" minyak goreng naik tajam. Kemasan 1 liter rp. 23.900 dan kemasan 2 liter menjadi 47.800. Walaupun tidak sama harga diberbagai tempat.
Kalau mau memikirkan harga melonjak sepertinya dari dulu saya tidak akan membeli minyak goreng buat masak. Jadi sedikit tidak ambil pusing dengan harga yang ada. Memang tetap cari harga yang termurah, seperti diskon atau promo di setiap swalayan.
Kadang ketemu merek yang entahlah, kok tiba-tiba baru ada. Kayaknya kesempatan dalam kesempitan buka "lahan" jualan minyak goreng. Suka takut juga dengan merk yang kurang dikenal.
Pagi tadi, lagi masak tiba-tiba Ibunda nyamperin di dapur, "Dy, tahu enggak merk "ini" ternyata jelek loh! Yang bagus yang "itu", terbuat dari 'kelapa'. Jadi kalau pilih jangan yang dari 'kelapa sawit'."
"Iya betul, tapi yang dari 'kelapa' harganya dari dulu aduhai. Mau beli dulu suka pikir dua kali. Jadi ngakalinnya, minyak mahal untuk menumis saja. Kalau gorengan banyak pakai minyak sawit yang murah tapi bagus. Sampai segitunya menyiasati cara pakai minyak goreng di dalam rumah tangga.
Kalau untuk menu sih, sesuai anjuran dokter sudah harus masak rebusan atau kukusan.
Pertama sih tidak terlalu dirisaukan. Setelah beberapa bulan dengan menu tanpa minyak goreng, akhirnya nyerah juga. Setiap makan pasti mulai datang rasa mualnya. Jadi, sedikit nakal tidak mematuhi larangan nasehat dokter.
Setiap hari menu yang dibuat harus ada menu lauknya. Seperti Ananda di rumah, setiap hari harus ada menu gorengan yang tersedia. Kalau tidak ada bikin enggak semangat mau makan.
Nasehat sih sudah disampaikan. "Kalau makan gorengan bisa nyeri tenggorokannya. Jadi detoks saja ya."
Tetap jawaban, "ga enak, Ma!"
Ya sudahlah, pakai dengan bijaksana.
Minimal tiga kali pemakaian minyak bekas, setelah itu dibuang.
Bagaimana di rumah ibu-ibu? Apa ada kiat khusus?
Love, Audy Jo
Reff:
Kompasiana
Baca Juga Kompasiana
Sini Sini Beli
Soal sadar lingkungan, enggak belanja online saja. Belanja offline, sepertinya sama juga.
Pemakaian kantong plastik masih dilakukan.
Kadangkala sadar akan keberadaan kantong plastik.
Tetapi tempat sampah di rumah memerlukan wadah untuk mengumpulkan kotoran yang akan dibuang.
... Nah, tentu kantong plastik bekas belanja dipakai lagi.
Belanja membawa kantong belanja sendiri, adalah salah satu yang bisa dilakukan.
Masalahnya kalau belanja lebih banyak dari biasanya kantong belanja yang ada, tidak bisa mengakomodasi seluruh belanjaan.
"Benar enggak?"
Sebetulnya dengan membawa kantong belanja menjadi irit belanja hehehe.
... Ternyata salah!
Mau belanja, ya belanja saja.
Apalagi kalau ketemu yang lagi promosi.
... Uhuuui ... borong deh!
"Ada enggak resi belanja selain kertas?"
Rasanya belum pernah terima bukan kertas resi belanja.
Nah, yang seperti ini, berapa banyak pohon yang sudah ditebang?
Di masa pandemi seperti sekarang ada keuntungannya sendiri.
Belanja via online lebih disukai karena pusat perbelanjaan banyak yang tutup.
Memerlukan barang tidak usah mengantri. Lagian kan pemerintah mengeluarkan kebijaksaan pengetatan perilaku masyarakat.
Diharapkan, pandemi cepat berlalu
Berpikir dengan belanja online, pasti lebih irit dalam keuangan.
Ahhh, ternyata salah!
Malah lebih boros. Sedikit-sedikit belanja.
Apalagi di rumah saja. Tampilan cantik di layar handphone tak tertahankan, memanggil-manggil minta dibeli.
"Sini ... sini ....!"
"Sudah borong apa hari ini?"
Love, Audy
Memoar
Perjalanan hidup kadang perlu dituliskan sebagai pembelajaran bagi para pembacanya. Tidak semua sama alur hidupnya.
Kadang sebagai manusia merasa diri sudah paling terpuruk. Ternyata dengan membaca buku seperti Memoar ini, baru tersadar, "ternyata aku mengeluh untuk hal sekecil ini!"
Iya, masih banyak tekanan berat yang dialami orang lain.
Menangis adalah salah satu obat, selain menulis yang bisa membasuh luka di hati. Nah, maka begitulah fungsi air mata yang Tuhan sudah berikan untuk umat manusia.
Rasanya kalau mau diceritakan banyak yang ingin dikeluarkan. Salah satunya seperti ini. Tulisan ada di Blog. Disimpan, untuk suatu saat kelak menjadi bahan bacaan untuk di share ataupun menjadi sebuah Ebook.
Selagi orang di rumah masih memperhatikan, begitu pulah sang kekasih, tetap semangat yaa mengarungi hidup.
Semoga, tulisan di buku Memoar menjadi inspirasi para perempuan di luar sana dengan keluhan "aku ga bisa apa-apa"
Tetap semangat
Love, Audy
#audyjo #writer #penulis #memoar #biography
Bertahan Untuk Yang Gratis
Lelah sudah pasti dengan segala prosedurnya, tapi apa boleh buat. Hari ini membawa putri kecilku ke dokter gigi.
Pertama kali mencoba BPJS di Bandung, setelah beberapa tahun di BSD.
Pertama kali datang dulu ke Klinik Surya Sumirat, yang ternyata dirujuk ke Faskes selanjutya, dikarenakan tindakan yang diambil lebih rumit.
Jadilah belajar mengenal rumah sakit yang lain. Seperti sekarang ini mencoba Faskes yang lebih tinggi.
Yang biasanya kalau berbayar semua cepat penangananya, sekarang harus kesini, kesitu karena semua ada prosedurnya.
Ke bagian informasi dulu daftar, terus di fotokopi surat rujukan dari Faskes pertama Surya Sumirat. Setelah daftar di Informasi berlanjut ke bagian penerimaan pendaftaran khusus untuk diarahkan ke dokter yang dituju dan mendapatkan nomer antrian. Menunggu untuk dipanggil sesuai dengan nomor antrian.
Ternyata Dokter datang pukul 10.00 lewat, Pasien masuk satu persatu. Lamanya menunggu antrian.
Pukul 10.00 waktu makan snack, biasanya makan apel. Menunggu lagi ampun ... masuk ke waktu makan siang belum dipanggil. Akhirnya beli nasi bungkus dan bakso yang ada di seberang rumah sakit. Maoam di mobil bertiga. Susah dong makan di dalam rumah sakit.
Sempat ketiduran karena udara dingin AC mobil yang dinyalakan setelah beberapa jam di mobil kepanasan.
Akhirnya, pukul 13.30 bersiap masuk ruangan. Psst ada cerita sedikit. Bla ...bla.. ga boleh bu upload di medsos simpan di Galeri saja. Mau tahu cerita serunya blogpri aja hehehe bahasa baru apa ini.
Akhirnya, selesai juga jadwal ke dokter gigi. Berlanjut putri kecil yang sudah tidak kecil lagi minta beli perlengkapan dalam perempuan. Keren bayar sendiri dia hahaha. Mama pura-pura enggak lihat.
Selesai memberi sogokkan chatime, Pulang! Serunya.
Ampun! Luar biasa hari ini.
Love, Audy
Belajar Soft Selling
Belajar Menjadi Mentor Yang Baik
Tetap yaa isinya nulis. Nulis ga usah bagus kok! Nanti.diajarin nulis standar aja.
Enggak bisa dibilang nulis itu jelek yaa ... karena semua harus berlatih terus.
Di kelas Ebook atau buku digital enaknya kalau nulis salah bisa dihapus. Walaupun sudah terbit bukunya.
Namanya juga digital gampang hapusnya.
Mulai tahun 2022 ada tambahan ilmu baru dalam bidang Photography yaa, biar berani ikutan Challenge Photography yang banyak di Instagram.
Sudah daftar buat tgl. 1 - 3 Januari?
Begitulah kira-kira iklan dari kelas Ebook yang dibuat untuk jadwal bulan Januari 2022. Lebih banyak ke penulisan, khususnya menulis di Blog.
Ada juga tambahan belajar photo. Bersyukur banyak mengikuti kelas online dari tahun kemaren. Terpaksa enggak juga sih. Karena pandemi yang terjadi jadi banyak di rumah.
Mengisi waktu dengan yang berguna daripada banyak menonton drakor. Walaupun masih menonton tetapi presentasinya tidak besar. Menonton juga perlu karena menambah referansi untuk penulisan cerita menjadi Ebook.
Senang saja menulis untuk dijadikan warisan.
Sebagai Mentor kelas menulis berharap semoga semua murid menjadi pandai membuat Ebook dan bisa menjadi Ebook yang bermanfaat juga. Semoga yaa.
Love, Audy
Teman Satu Visi Belum Didapat
Mencari teman yang satu visi ternyata tidak mudah.
Sudah membuat Flyer ngajakkin yang mau bantu "tidak ada suara" kecuali di kelas ebook yang berbayar.
Pertanyaan dalam hati apakah sesulit itu?
Ah, semoga bukan yaa hanya pada belum tertarik.
Trus! Apakah berputus asa? Ehee nope!
Masih bisa dihandle sendiri dong! Sebetulnya gampang mengurus seperti ini. Beruntung background dari Sekretaris jadi sudah biasa underpressure heemmm tulisan disambung enggak yaa?
Kadang menulis suka menduga duga bemar enggak ini cara penulisannya. Tapi sampai sekarang belum ada yang koment alias silent Hihihi kayak silent in the Lamb. Apalagi itu!
Ah, cari terjemahannya sendiri. Peace ...
Oot deh!
Sampai saat ini tgl. 30 Desember belum ada info jelas yang mau membantu. Kecuali ada dua orang yang sudah menulis di GForm. Masalah yang ada mereka belum selesai buat Ebooknya.
Semoga teman yang satu visi bisa didapat yaa ... berharap.
Love, Audy
Bom Waktu Setahun Sekali
OMicron
Baca juga di Kompas
Waspada Omicron
Rasanya sudah berdamai dengan keadaan. Tidak lagi takut dengan pandemi Covid 19. Berusaha untuk hidup damai dengan bung Covid.
Protokol yang dianjurkan semua tetap dilaksanakan. Memakai masker, Cuci Tangan dan jaga jarak masih tetap dilakukan.
Terlalu nyaman hidup dengan bang Covid sekarang irama kehirupan mulai berbeda lagi. Barangkali terlalu nyaman sehingga semua aturan protokol kesehatan sudah mulai ditnggalkan. Haha hihi sudah kelhatan giginya dimana-mana. Lupaaa ...
Mau protes? Urusan loe apa! Takut juga jadi mau negur. Bagian Satgas kalau pas diperlukan enggak ada. Cari dimana yaa?
Sampai sekarang anak-anak masih dijaga ketat untuk tidak pergi ke luar rumah. Tetapi ternyata anak-anak malah jadi anti keluar rumah, walaupun hanya ke depan rumah untuk berjemur matahari. PPKM yang dilakukan sekolah untuk si kecil malah tidak berjalan. Hanya satu kali pergi ke sekolah setelah itu macet enggak mau pergi sekolah. "Lebih enak di rumah, Ma!" OMG
Ada sisi positip dan negatif dari masa pandemi ini. dilihat dari segi positif, anak-anak terlihat ada di rumah kekuatiran dalam pergaulan hilang karena semua dalam kendali orang tua. Sisi negatif yang terjadi mereka hanya memegang gadget dari pagi sampai malam dan terlalu tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya, apalagi disuruh bergaul dengan teman lainnya. "Malas, Ma!"
Sebagai Orang tua kadang miris juga, gimana kalau sudah kembali normal? Sekarang pun sudah bisa dibilang setengah normal, karena sudah bisa keluar rumah dengan protokol yang ketat. Bertemu dengan sahabat pun memakai masker. Tetapi anak-anak tidak bergeming untuk bertemu dengan teman sekolah atau teman kuliahnya. walaupun sudah dibilang "pakai masker boleh kok bertemu dengan teman-teman!"
Ini baru cerita dari hasil pandemi Covid 19. Sekarang keluar lagi varian baru yang namanya keren Omicron. Sekilas lihat berita di TV. Sudah enggak terlalu memperhatikan sih soal bung Covid, anggap saja seperti lagi nonton gosipnya para artis.
Sudah enggak bisa apa-apa menghadapi "gosip" ini. Tunggu informasi akurat saja dari pemerintah. Peraturan apalagi yang akan keluar.
Yang dilakukan sekarang hanya tetap melaksanakan protokol kesehatan standar pandemi.
Isu gelombang ketiga mulai terdengar. Sedikit ketakutan mulai terasa. Duh jangan lagi deh!
Berharap pemerintah cepat mengambil keputusan. Karena hampir semua tempat liburan sudah bisa di datangi.
Sebagai perempuan berbisnis secara online sedikit ah bukan lagi sedikit, tetapi sudah menutup keuntungan penjualan kosmetik. Yang biasanya bisa menjual lipstik sekarang terkendala walaupun di sisi lain penjualan pensil alis dan kosmetik area mata masih boleh diharapkan.
Sekarang hanya bisa berbicara dengan sorot mata. Perlu juga nih dipikirkan ide membuat bahasa isyarat mata. Ternyata enggak usah berpikir terlalu jauh kan sudah ada bahasa isyarat untuk orang bisu tuli.
Semoga yang dipikirkan tidak terjadi. Bawa dalam doa supaya bung Omicron enggak mau mampir ke tanah air kita.
Love, Audy
Sudah Berani Kembali
Baca di Kompasiana:
Semua Akan (Kembali) WFO Pada Waktunya
Sudah mau dua tahun apa belum ya?
Rasanya seperti liburan panjang yang enggak pernah habisnya. Mumet juga.
Kalau dilihat dari sisi sebagai ibu rumah tangga ya mumet. Kerjaan ibu rumah tangga basicnya di rumah. Mulai dari bangun pagi sampai kembali ke peraduan. Setiap hari terus menerus.
Masuk masa pandemi rasanya tambah menjerit. Semua berkumpul di rumah. Me time yang dimiliki hilang sudah. Semua menjadi our time.
Tugas ibu rumah tangga rasanya menjadi double. Bukan mengeluh sih cuma berbicara kenyataan.
Sekarang ada kemungkinan mau kembali normal. Yang kerja kembali ke kantor. Yang belajar kembali ke sekolah.
Yeayy bersorak bolehkan! Kembali normal maksudnya. Tapi ada rasa sedih juga, karena sudah menjadi our time sekarang menjadi me time kembali.
Masalah baru mulai timbul.
Kebiasaan belajar secara online atau PJJ pembelajaran Jarak Jauh sudah menjadi kebiasaan yang tidak mau dilepas.
Percobaan masuk sekolah alias PTMT, pelajaran tatap muka terbatas mulai dilakukan dan hasilnya untuk sang buah hati malas kembali ke sekolah, "mau di rumah saja". jawabnya.
Sebagai orang tua ada rasa kecewa, karena anak-anak tidak mau kembali ke "lingkungan pergaulan", berkomunikasi secara langsung.
Baca juga : Mendobrak Ketakutan
Maju mundur untuk mengambil keputusan. Apa anak-anak diikutkan PTMT atau tidak. Enggak bisa juga memaksakan.
"Tuh kan, suspek Covid bertambah lagi!" Beberapa sekolah disinyalir kurang berhasil dalam menjalankan protokol kesehatan sehingga menambah jumlah pasien covid.
Kembali masuk kantor suatu kabar yang menggembirakan, khususnya buat para istri yang tiap bulan menerima gaji.
Perasaan ketar-ketir sedikit banyak berkurang.
Akhirnya, asap dapur akan kembali normal.
Rasanya seperti tidak pada tempatnya, bekerja di rumah. Setiap hari seperti berpacu dengan waktu. Waktu pemecatan maksudnya. Was-was "waktuku bukan?"
Enggak usah munafiklah, kalau sudah dibilang "kerja dari rumah ya!" Alias masuk kotak dan di kobok-kobok seperti mengambil lintingan nama untuk dipungut menjadi pemenang.
Kalau performa selama ini ok masih bisa berharap sih. Tetapi kalau perusahaan masuk di ambang kebangkrutan percuma juga ngumpulin performa yang ok.
Kepengennya perusahaan sukses, karyawan terurus. Kalau sudah begini banyak berdoa saja.
Semoga saja dengan adanya rencana kembali ke "normal" bisa dipikirkan secara matang.
Yang terutama untuk setiap individu belum mengerti dan harus mulai membiasakan melakukan protokol kesehatan yang ketat.
Love, Audy
Sudah Absensi?
Aku memohon belas kasihan-Mu dengan segenap hati, kasihanilah aku sesuai dengan janji-Mu.
Yang namanya absensi mah sudah biasa yaa ceu!
Yang luar biasa itu absensinya dimana gitu.
Setiap bulan absensi supaya tahu rapornya masih merah, kuning atau hijau. Seperti lampu jalanan.
Capek juga, karena harus seharian kerjanya cuma menunggu. Dari tempat satu ke tempat lain, terus muter-muter menunggu hasilnya. Untung tempatnya besar dan banyak jajanan jadi enggak kerasa kalau lagi menunggu.
Kepo dari tadi ngobrolin apa hahaha ....
Biasa kalau sudah dilihta alias diatas lima puluh tahun. Harus sudah sering cek diri. Memang sih sudah tahu ... semua akan kembali ke atas. Yang namanya usaha boleh dong. Biar tahu pakemnya. Apa yang boleh dan enggak boleh. Mau umur panjang bolehkan?
Akhirnya, absensi di paraf, "ya, boleh ketemu tiga bulan lagi!"
Horee nilainya hijau, walaupun masih kurang pas. Masih butuh perbaikan extra keras. Olah raga yaaa!
Sedikit berbesar hati untuk hasil yang didapat. Jalan yang selama ini dilakukan sedikit banyak bisa dijalankan. Sambil memperhitungkan jalan yang salah atau tidak usah dilalui.
Semoga usaha yang dilakukan berbuah manis, dan umur panjang bisa didapat. Tuhan mampukan aku yaa.
Rasanya ada sedikit sentilan dalam hati. Aku kok egois ya. Semua boleh dilakukan sedangkan hubby mempersilahkan saja. Sedangkan beliau tidak pernah mau ikutan absensi. Karena beliau sudah berpasrah diri sepenuhnya. Enggak anti juga sih, kalau memang sakit dan harus absensi yaa pergi juga.
Kalau sudah begini, sudah harus mulai berpindah pelayanan yang gratis. Karena lumayan "Oleh-oleh" dari tempat absensi bisa menguras "kantong" lebih dalam.
Menyesakkan, jalan satu-satunya harus mencari uang sendiri benar enggak!
Berharap harus ke yang di Atas yaaa ....
Salam sehat!
Sudah Absensi?
Love, Audy
Mau Belajar Setiap hari?
Perlu Belajar Setiap Hari - Kompasiana
Berpacu dengan waktu, kalimat yang sering di share, ke teman-teman terdekat kalau mereka bertanya,"kenapa mau jadi penulis?"
Kadang jawab seadanya saja,"suka saja!"
Berpikir ulang juga sering dilakukan, setelah terlontar kalimat tersebut. Seperti enggak ada tujuan saja.
Menjadi penulis enggak secepat itu juga, masih butuh proses. Untungnya di wadah tempat saya belajar, Indscript Creative tercinta banyak kelas-kelas pembelajaraan yang bisa diikuti.
Apalagi sekarang ada pembelajaraan baru via You tube yang dilakukan oleh Teteh Indari Mastuti, Ceo dan Founder Indscript Creative.
Salut buat beliau, enggak pernah capainya memberikan pembelajaraan buat para perempuan. Keren ih!
Jadwal setiap sore, pukul 16.00 Wib biasanya ada sharing live pembelajaraan tentang dunia bisnis.
APA INVESTASI TERBAIK DI MASA KRISIS
Sebagai penulis, bisa juga dikaitkan dengan pebisnis. Karena apa yang kita tulis tujuannya bisa dibaca banyak orang. Tentu memerlukan tehnik khusus untuk melobi para pembaca.
Yang namanya berilmu bisa darimana saja. Yang penting, "kosongkan gelas", untuk menerima pembelajaraan yang baru.
Love, Audy Jo
Reff:
Indscript Creative
Indscript Bussineswomen University
Jangan lupa subscribe yaaaa
Perlu Minum Banyak atau Sedikit?
Minum banyak atau sedikit saat minum obat?
"Harus banyak minum!" Kalimat dari satu orang, "biar lancar ginjalnya. Katanya sih dari informasi biar enggak mengendap di ginjal."
Dari informasi lain, "minum tuh sedikit saja, seteguk gitu. Jangan banyak-banyak. Nanti buat kembung!"
"Dari dua pernyataan di atas, kira-kira yang mana menurut Anda yang benar?"
Menurut saya, dua-duanya bisa juga dipakai. Kalau dipikir secara umum. Kembali lagi standar minum yang dianjurkan 7-8 gelas sehari sudah bisa membuang residu obat dalam tubuh dengan catatan ginjal Anda dalam keadaan baik.
Minum secara banyak bisa melancarkan gerakkan tablet atau kapsul dari mulut, ke Perut.
Kadang ada yang menelan tablet secara langsung. Kebiasaan ini tidak baik dan biss menempel di langit-langit mulut yang menyebabkan rasa pahit.
Air juga melancarkan tablet sehingga tidak tersedak ditenggorokkan.
Pernah dengar dari saudara saya, kalau ibunda beliau minum obat pakai pisang, karena tidak tahan dengan pahitnya obat yang dimakan.
Minum air putih berlebih juga tidak baik karena kalau malam hari, akan sering ke "kamar mandi". Jadi kalau tablet yang diminum malam ditukar ke pagi barangkali lebih baik.
Tadinya, setiap malam saya minum obat yang sudah harus rutin setiap hari dengan air segelas penuh. Dengan harapan yang saya minum cepat larut dan keluar. Ternyata yang ada, malah tidak bisa tidur nyeyak, karena harus sering ke kamar mandi.
Lelah dan juga mengantuk di pagi harinya.
Sekarang, karena saran dokter yang menangani saya, minum obat hanya seteguk atau secukupnya saja. Ternyata, betul juga frekuensi ke kamar mandi jadi berkurang.
Kebiasaan minum banyak yang dilakukan malam hari, diganti ke pagi, dan siang hari. Minum banyak saya lakukan sampai sore saja.
Sebetulnya, berharap dengan minum air putih yang banyak, wajah dan kulit tidak cepat keriput dan tetap awet muda.Lol.
Itu sih, hanya seijin Tuhan Yang Maha Kuasa saja yaa. Ah! Siapa tahu, daripada tidak melakukan apa-apa, ke salon mahal jadi cari cara yang mudah dan tidak mengeluarkan biaya, minum air putih saja yang penting bersih dan matang.
Love, Audy
Reff:
Kanal Liputan 6
Lifestyle Okezone
Pic. pixabay publikdomainpictures
KELAS PEREMPUAN GRATIS
Bersusah Payah Dahulu
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Bacaan ini juga di Kompasiana
Seperti mengejar apa aja.
Hampir beberapa bulan ini, sejak dapat hasil "nilai biru" setiap tempat vaksinasi di datangi.
Walaupun begitu enggak semua mau di masuki. Dilihat saja dari jauh, kalau lihat antrian panjang ga jadi vaksinasi.
Kalau umur masih muda enggak masalah. Antri berjam-jam.
Emang malas antri?
Dengan kondisi sekarang memang malas antri. Apalagi bertabrakan dengan jadwal makan. Enggak bisa sembarangan menguyah sesuatu.
Ada takaran, ada waktunya. Jadi selalu berharap ada tempat vaksin yang kosong. Kalau enggak ada masalah sudah pasti tempat vaksinasi dimanapun dijabani.
Dan lagian harus bisa vaksinasi dengan si kecil yang berumur 12 tahun.
Akhirnya kesempatan itu datang juga.
Ceritanya tuh keponakan cewek vaksinasi ke 2 dari sekolahnya. Mamanya cerita kalau mau vaksin hari minggu sore. Disuruh datang ke Grand Eastern. Oh ok. "Memang bisa langsung?" Enggak tahu juga, infonya begitu kata beliau. Ya sudah sambil mengiyakan info tersebut, sambil berharap info yang didapat benar.
Pas hari H nya, datanglah aku dan suami berkunjung ke tempat yang sudah diberitahukan.
Ternyata! Jadwal baru esok senin dimulai jam 08.00 pagi. Sedikit kecewa. Tetapi ya sudah.
Hari kedua berarti hari senin, datang lagi pagi hari. Ternyata wah antrian panjang banget. Hampir gagal lagi.
"Coba tanya, Pa!" Bertanya dengan petugas yang ada. Bagaimana cara untuk ikut vaksinasi.
Ternyata yang antri memakai link yang dapat dari gereja. Jadi beberapa gereja dijadikan satu. Dapat info disuruh datang pukul 14.00 siang. Ya sudah!
Setelah zoom yang diadakan salah satu mentor di IIDB grup telegram, berangkat ke tempat vaksinasi. Duh lewat dari pukul 14.00 kekuatiran sedikit melanda.
Sesampainya di tempat vaksinasi, wahh ... sudah kosong! Bagaimana ini. Nah kalau sudah begini pepatah Malu bertanya sesat di jalan. Malu bertanya gagal vaksinasi lagi.
"Langsung saja, Pak. Ke lantai 3." Di lantai 3 bertemu petugas yang mendata diri.
Asyik, akhirnya bisa masuk.
Cek tensi. |
Persiapan di suntik. Diberi alkohol |
Posisi disuntik 1 |
Skoliosis Apa Itu?
Mencuri perhatian nih tulisan di depan. Penasaran apa sih Scoliosis?
Nambah ilmu darimana saja. Yang di depan mata bisa nambah ilmu juga hehehe. Yang tadinya enggak tahu, jadi tahu.
"Yuk coba perhatikan sekeliling, siapa tahu ada yang bisa sobat share."
Apa sih Skoliosis?
Lengkungan di samping tulang belakang. Skoliosis paling sering terjadi selama percepatan pertumbuhan sebelum pubertas.
Membutuhkan diagnosis medis
Kebanyakan kasus adalah kasus ringan dengan sedikit gejala. Beberapa anak mengalami deformitas tulang belakang yang menjadi lebih parah saat mereka tumbuh. Skoliosis parah bisa menyakitkan dan melumpuhkan.
Orang mungkin mengalami:
Juga umum: kelainan bentuk fisik,
miring ke satu sisi, otot tegang
atau pinggang tidak sejajar
Perawatan:
*Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan Seringkali, perawatan tidak diperlukan. Terkadang diperlukan penopang/brace atau operasi.
*Perangkat: Penopang tulang punggung
*Bedah : Transplantasi tulang dan Fusi tulang belakang
*Perawatan diri : Latihan fisik
*Terapi : Peregangan otot
Semoga bermanfaat.
Love Audy
Mengupgrade Diri Menerima Tanggung Jawab
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Masa Pandemi belum berakhir, PPKM masih diperpanjang sampai 6 September. Duh! Lama banget.
Belum dapat info level PPKM kota Bandung berapa ya?
Perasaan bosan ... hari ini sudah mulai bisa diatasi. Sudah beberapa hari rasanya mau melakukan sesuatu malas. Hanya mau berbaring nonton saja.
Ada kekuatan baru hari ini. Mulai menata kembali talenta yang sudah Tuhan berikan.
Menghubungi kembali tempat awal belajar menulis grup yang penuh dengan perempuan yang strugle. Meyampaikan keluhan dan bagaimana jalan keluarnya.
Wow PTL sangat cepat jawaban yang diberikan dan jalan keluarnya. Aih keren. Jadi sedikit malu juga karena kalau dibandingkan sang mentor, beliau lebih strugle menghadapi persoalan.
Bermula dari sakit dan masuk rumah sakit di awal tahun. Semua perjalanan mentoring menjadi menurun. Apalagi masalah yang datang bertubi-tubi datang. Rasanya keinginan untuk berkarya menurun 50%.
Enggak ada yang memberikan kekuatan karena semua masalah dipendam sendiri tidak dikonsumsi untuk orang lain.
Bawaan diri melankolis terus. Menyedihkan. Tanpa kekuatan untuk melawan keadaan yang ada.
Sedikit demi sedikit mulai "berdiri" walaupun masih sedikit goyah. Terpaan datang lagi. Setelah masalah hubby sekarang masalah anak dalam mengatasi adaptasi di lingkungan barunya.
Dengan ramainya pemberitahuan semua harus vaksinasi menjadi masalah tersendiri juga bagi kami sekeluarga khususnya untuk diri ini.
Dengan kondisi yang belum "pas" rasanya sudah mulai beradptasi dengan cuaca yang dingin. Hampir 12 tahun hidup di daerah panas sekarang di daerah dingin. Rasanya ingin "menjentikkan ibu jari" dan mengucapkan sim salabim semua berubah. Kalau kedinginan ingin sedikit kehangatan.
Sudah hampir 5 bulan, rasanya badan sudah mulai bersahabat dengan udara yang dingin. Dari baju 4 rangkap plus celana panjang, sekarang sudah mulai berani hanya satu rangkap. Walaupun demikian celana panjang masih sering dipakai karena setiap subuh kaki suka kejang sendiri kalau kedinginan.
Oohh ....
PTL kondisi Hubby dan sulung tidak ada masalah sewaktu vaksinasi pertama, semoga vaksinasi kedua semua lancar.
Untuk diriku karena banyak "PR" merahnya, sudah mendapat lampu hijau dengan surat sakti dari dokter kalau boleh di vaksinasi. Tetapi sampai saat ini belum dapat tempat untuk vaksinasi karena si kecil mau bersama-sama ikut di vaksin.
Mencari informasi kesana kemari belum menemukan tempat vaksinasi yang pas dengan umur mulai 12 tahun. Kalaupun ada harus isi link. Ada yang on the spot tapi pas di datangi antrian sudah panjang. Ah untuk kekuatan diri sudah tidak bisa antri panjang lagi karena asupan makan yang dibatasi dengan waktu. Jadi semua takaran harus dibatasi sesuai anjuran ahli gizi.
Kalaupun mau pergi dilihat waktu yang paling sesuai dengan pola makan supaya tidak kelaparan membabi buta.
Akhirnya ... label sebagai mentorpun di cap sah! Dimasukkan ke grup Mentor Hebat, sedikit merasa ada tekanan di diri. Tapi semua dilawan, "aku bisa!" gumamku.
Surprise ... sebagai mentor yang sah ada fee yang bisa diterima. PTL. Akhirnya dapat merasakan hasil kerja sendiri. Exciting!
Semoga tanggung jawab yang diterima bisa berjalan dengan lancar. Di dalam grup mentor juga welcome untuk teman baru.
Semoga kelas E-book lancar dan sesuai dengan ekspektasi.
Love, Audy